0
Friday 30 April 2021 - 20:03
Militer Indonesia:

Arus Kuat: Dugaan Penyebab Tenggelamnya Kapal Selam Indonesia Terungkap

Story Code : 930023
Flowers and petals with names of the sunken KRI Nanggala-402 submarine crew members.jpg
Flowers and petals with names of the sunken KRI Nanggala-402 submarine crew members.jpg
Fenomena kuat tapi tak terlihat yang dikenal sebagai "gelombang soliter internal" disalahkan karena menenggelamkan kapal selam KRI Nanggala 402 di lepas pantai Bali, menurut otoritas angkatan laut Indonesia.
 
 Gelombang internal adalah fenomena alam yang disebabkan oleh variasi kepadatan air yang menghasilkan pergerakan bawah air yang bergejolak di lautan, seringkali ketika lapisan air hangat bertemu dengan yang dingin.
 
Gelombang ini diyakini menyebabkan arus vertikal yang kuat yang hampir tidak terlihat di atas air, tetapi sangat kuat sehingga benar-benar dapat "menyeret kapal selam secara vertikal sehingga akan tenggelam lebih cepat dari yang seharusnya", menurut mantan komandan kapal selam Laksamana Muda Muhammad Ali. .
 
Rumor Kapal Selam Ditembak
 
"Kecurigaan kami jatuh pada kondisi alam. Karena gelombang soliter internal terjadi pada waktu itu di utara Bali," kata Laksamana Muda Ali pekan ini, sambil menepis spekulasi bahwa kapal itu mungkin "ditembak" oleh kapal asing yang lewat sebagai " memalukan".
 
"Kami memiliki banyak kapal di atas air pada saat kejadian, dan mereka memiliki sonar, yang bisa mendeteksi ledakan jika itu terjadi," tambah Laksamana yang merupakan asisten Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia.
 
Dia juga mengatakan bahwa klaim bahwa kapal dengan 33 tempat berlabuh kelebihan muatan saat tenggelam tidak benar, karena kapal selam yang dioperasikan Angkatan Laut biasanya membawa tim lebih dari 50 personel meskipun memiliki lebih sedikit tempat berlabuh.
 
Sementara penyelidikan atas tenggelamnya KRI Nanggala 402 masih berlangsung, gambar dari satelit cuaca Jepang Himawari 8 mengungkapkan bahwa gelombang internal yang kuat memang terekam pada pagi hari saat kapal selam menghilang, tidak jauh dari lokasi tenggelamnya kapal selam tersebut.
 
Perbedaan kepadatan perairan di lepas pantai Bali dan di dekat Selat Lombok diyakini cukup kuat untuk menghasilkan gelombang internal yang kuat yang mampu menyeret kapal ke bawah, secara efektif membuat 53 awaknya tidak memiliki kesempatan untuk bertahan hidup.
 
Menurut laporan media yang mengutip militer, para pelaut memiliki cadangan pasokan oksigen hanya selama tiga hari ketika kapal selam itu hilang pada 21 April.
 
'Tidak Ada Yang Bisa Mereka Lakukan'
 
Pada 24 April, puing-puing kapal ditemukan di permukaan laut dekat Bali, dengan pemindaian bawah air kemudian mengidentifikasi sisa-sisa kapal selam dengan semua anggota awak di atas kapal dinyatakan tewas.
 
Kapal tersebut dikatakan telah terbelah menjadi tiga bagian besar, dengan potongan puing terbesar ditemukan di kedalaman 838 meter.
 
"Tidak ada yang bisa mereka lakukan, tidak ada waktu untuk melakukan apa-apa ... jika kapal selam itu jatuh oleh gelombang seperti itu. Sepertinya miring [ke bawah], menyebabkan semua anggota kru berguling ke bawah [ke dasar kapal. ]," kata Iwan Isnurwanto, Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, saat jumpa pers di Jakarta, seperti dikutip Nikkei Asia.
 
"Kami harus melakukan penyelidikan lebih lanjut, tetapi kemungkinan besar itulah yang terjadi," tambah komandan. "Tidak ada yang bisa melawan alam".[IT/r]
 
Comment