0
Monday 17 January 2011 - 14:14

Soal Myanmar, ASEAN ‘Berlepas Diri’ dari Amerika Serikat

Story Code : 50790
Soal Myanmar, ASEAN ‘Berlepas Diri’ dari Amerika Serikat

Menteri luar negeri sepuluh negara ASEAN mendesak pencabutan atau pelonggaran sanksi ekonomi atas Myanmar, kata berita, sebuah isyarat berlepas diri dari tikaman primitif dan sepihak Amerika Serikat dan Uni Eropa atas Rangoon.

Keinginan mengemuka dalam sebuah pertemuan informal para menteri luar negeri di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu, kata sebuah pernyataan Kementrian Luar Negeri Jepang, Minggu.

Penguasa militer di Myanmar menggelar pemilihan umum pada November silam dan membebaskan Aung San Suu Kyi, tokoh politik perempuan di Rangoon, beberapa hari setelahnya. Dipuji banyak kalangan, langkah politik itu, dalam banyak hal, menciutkan ‘pondasi moral’ embargo Amerika dan Uni Eropa.

“Dalam pertemuan, negara-negara ASEAN menekankan – khususnya mengingat perkembangan terakhir yakni pembebasan Aung San Suu Kyi – bahwa kebijakan sanksi harus ditinjau ulang, sebab ia membawa efek memukul pada pembangunan di Myanmar,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa.

“Kami percaya bahwa komunitas internasional perlu merespon perkembangan teranyar (di Myanmar), khususnya guna memastikan pembangunan ekonomi di Myanmar bisa terjadi,” katanya.

Myanmar bakal mengambil giliran memegang tampuk kepemimpinan ASEAN pada 2014. Kesempatan pertama Myanmar pada 2005 terlewatkan setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa mengancam memboikot pertemuan-pertemuan ASEAN.

Dalam pertemuan bilateral dengan Nyan Win, Menteri Marty bilang kalau persoalan Myanmar bakal segera berakhir. “Semoga di tahun ini, berbagai persoalan di Myanmar bisa selesai, tak kelar semuanya memang, tapi setidaknya mengarah ke sana, sehingga ASEAN bisa fokus pada peningkatan kerjasama di bidang lain,” katanya.

Sejak bertahun-tahun lalu, Amerika dan Uni Eropa menjadikan ‘catatan pelanggaran hak asasi manusia’ pemerintahan di Rangoon sebagai dalih untuk memaksakan embargo dan sanksi ekonomi; sebuah klaim yang catat bilang mengingat Amerika dan sekutunya jauh lebih banyak membunuh dan menumpahkan darah penduduk sipil di seluruh dunia.

Kalangan pengkritik berpendapat embargo gagal dan justru menjadi senjata makan tuan. Alih-alih menjinakkan pemerintah di Rangoon, embargo justru melapangkan jalan China dan Rusia memperdalam pengaruh dan cengkraman bisnis atas sumber daya alam di Myanmar. Sebuah kesalahan fatal yang belakangan memaksa Amerika Serikat menjilat ludah sendiri. Pada 2009, Scot Alan Marciel, duta Amerika untuk kawasan ASEAN kala itu – kini dia menjadi Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia – bilang Amerika bakal menempuh garis kebijakan “pragmatis” atas Rangoon.

ASEAN mencakup Indonesia, Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times/K-014/on]
Comment