0
1
Komentar
Wednesday 26 January 2011 - 18:39
Wawancara- Ustad Hasan Dalil

‘Darah Ulama Membilas Mental Kotor Penguasa’

Story Code : 52051
‘Darah Ulama Membilas Mental Kotor Penguasa’


Dua pekan lebih sejak melansir belasan “kebohongan Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono” dan menyerukan perlawanan atasnya, tokoh-tokoh lintas agama kini justru dalam posisi terjepit.

Orang-orang di lingkaran dalam Istana menaikkan temperatur dengan menyerang balik; serangan terbesar atas kubu ulama yang pernah terlihat dalam lima tahun lebih pemerintahan Presiden Susilo.

Sebagian kritik mengarah pada pribadi tokoh-tokoh agama.Sebagian mencap kalangan ulama telah menginjakkan kaki ke dunia politik praktis, seolah ranah politik hanya halal bagi para politisi di lingkaran dalam Istana.

Ada pula yang melontarkan tuduhan yang lebih seram, menuding kalangan ulama hendak berbuat makar dan melanggar konstitusi, meski faktanya yang dituduh hanya meminta presiden membuka mata pada kemiskinan yang menganga dan menjauh dari apa yang mereka sebut sebagai sistem dan alat ukur kemakmuran yang kapitalistik, termasuk hitung-hitungan inflasi dan Produk Domestik Bruto.

Di luar pertentangan yang keras di media itu, belum terlihat dukungan masyarakat luas atas desakan mulia tokoh-tokoh agama itu meski faktanya ada beribu mesjid dan pengajian, gereja dan kebaktian, Pura dan Wihara, di seluruh negeri. Di Jakarta sepekan lalu, di saat sebuah radio yang mengangkat diskusi seputar gugatan serius kalangan ulama pada pemerintahan Presiden Susilo, seorang ibu rumah tangga menelpon dan bertanya hal yang lain: “Pak Ustadz, bolehkan saya berbohong pada suami dalam urusan dapur?”

Tapi gambaran tak sesuram begitu, sebenarnya. Ini jika orang berkaca pada pandangan seorang ulama Jakarta yang memberi pembelaan besar pada sejawatnya yang lebih dulu melancarkan kritik pada pemerintah.

Pada 16 Januari, situs Rakyat Merdeka Online menurunkan wawancara dengan Hasan Dalil. Koran bilang adalah dia sarjana agama yang mumpuni, penasehat senior Sekolah Tinggi Agama Islam Madinatul Ilmi di bilangan Depok. Koran juga menggambarkan dia sebagai “seorang ulama yang dekat dengan kalangan Syiah dan Sunni”.

Wawancara itu singkat saja. Tapi Hasan memberikan amunisi tambahan bagi sejawatnya yang sedang terpojok sekaligus pendidikan besar bagi orang banyak.

Hasan bilang kritik tokoh agama pada pemerintah yang dzalim, terutama Islam, punya landasan yang kuat. Merujuk pada pandangan Imam Ali bin Abi Thalib, dia bilang agama tak amar maruf nahi munkar seperti “tubuh tanpa kepala”, takkan berarti walau seseorang telah khatam dalam urusan shalat, haji dan umrah.

Hukum dan sejarah Islam juga punya cerita panjang tentang perlawanan kaum ulama atas pemerintahan yang zalim, katanya.

“Hukum Islam selalu dimulai dari bab bersuci. Suci tidak hanya fisik tapi juga mental. Mental yang kotor dari penguasa juga termasuk yang harus dibersihkan,” katanya.

Dari sisi sejarah, Hasan mengangkat cerita duka keluarga Nabi.

Dulu katanya, sekitar 50 tahun sepeninggal Nabi Suci Muhammad SAW, Islam dalam cengkraman penguasa dzalim. Dia merujuk pada sosok Yazid bin Muawiyah, pemimpin rezim yang menyamak ajaran tinggi dari Islam, dan menggunakan jubah agama dan tangan besi untuk membenarkan aneka penyelewengan dan kemaksiatan, termasuk menganggap harta negara sebagaimana harta pribadi.

Hasan bilang penyelewengan besar Yazid itu mendorong Husein bin Ali, cucu Nabi, bangkit melawan untuk menghidupkan ajaran Islam yang sejati. “Bersama 18 keluarga Nabi dan 54 sahabat setia, Imam Husein melawan hingga syahid dan terbunuh,” kata Hasan.

Hasan bilang dari kisah ada pelajaran besar: perlu darah orang-orang yang luar biasa untuk membilas kotor dan karat yang mengungkung masyarakat. “Imam Husein memang terbunuh,” katanya, “tapi rakyat jadi melek dan sadar bahwa rezim bohong.”

Dia bilang keputusan para tokoh lintas agama Jakarta membeberkan kebohongan pemerintah adalah sikap yang “sangat tepat”. “Perlu orang luar biasa, seperti ulama dan rohaniawan untuk membongkar ini,” katanya. [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times/Rakyat Merdeka/K-014]
Comment


Indonesia
Ngomong apa ini Hasan dalil....gakusahlah...banyak mudaratnya ...kalau anda sendiri sih gak pa2..tapi...