0
Monday 27 May 2024 - 13:17

Tiga Warisan Berharga dari Diplomasi Ekonomi Presiden Raisi

Story Code : 1137823
Tiga Warisan Berharga dari Diplomasi Ekonomi Presiden Raisi
Melansir dari Alwaght, salah satu bidang aktivitas almarhum Presiden raisi yang cemerlang adalah hubungan dan kebijakan luar negeri. 

Strategi, pendekatan, dan prioritasnya dalam kebijakan luar negeri menjadi landasan dari banyak tindakan yang dengan strategi visioner dapat memfasilitasi pekerjaan pemerintahan di masa depan.

Berikut sebagian kecil namun penting dari pencapaian kebijakan luar negeri Presiden Raisi. 

1. Keanggotaan di blok regional dan internasional 
Memperkuat aliansi internasional dalam hubungan luar negeri, khususnya keanggotaan dalam organisasi pasar regional dan perjanjian perdagangan bebas, selalu menjadi salah satu tujuan penting dalam kebijakan luar negeri Republik Islam. Kemajuan luar biasa telah dicapai memanfaatkan posisi geopolitik utama Iran dan kemampuan ekonomi dalam negeri.

Salah satu pencapaian tersebut adalah finalisasi keanggotaan Iran di blok ekonomi utama BRICS dan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) serta negara-negara kekuatan non-Barat yang sedang berkembang. Iran selama bertahun-tahun menjadi anggota pengamat di blok-blok ini, dan di bawah Presiden Raisi yang menerapkan kebijakan "Melihat ke Timur", keanggotaan Iran menjadi cepat. Rusia dan Tiongkok, sebagai dua sekutu strategis besar dalam transisi tatanan global, menganggap Republik Islam Iran sebagai pihak ketiga dari aliansi timur karena kebijakan yang sepenuhnya independen, posisi geopolitik yang sensitif, kekuatan militer, dan pengaruh regional yang luas. 

Keanggotaan di SCO akan memberi peluang tak tertandingi bagi perkembangan ekonomi dan perdagangan luar negeri Iran. Blok ini mencakup sekitar 30 persen PDB global dan sekitar 40 persen populasi dunia, yang berarti kekalahan total terhadap kebijakan sanksi Barat yang mengisolasi Iran dari perdagangan global. 

Keanggotaan dalam BRICS dan bergabung dengan kelompok negara-negara berkembang, yang menurut banyak ahli akan menggantikan G7 secara prospektif, akan memfasilitasi peningkatan perdagangan luar negeri, memotong biaya perdagangan dan bea cukai, transfer teknologi dan pengetahuan, menyediakan bahan mentah, memperluas interaksi dengan pasar global, dan melakukan bisnis dengan mata uang nasional yang akan menghilangkan masalah pembayaran internasional. 

Iran juga berhasil menjadi anggota Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) dan menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan organisasi yang  menyumbang sekitar 2,4 persen dari perdagangan global. 


2. Memasarkan dan membuka pintu perdagangan baru 
Ekonomi menjadi prioritas kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden Raisi, sehingga selama 33 bulan masa kepresidenannya, ia mengunjungi 28 negara asing. 

Presiden Raisi menghidupkan kembali posisi perdagangan dan politik Iran di Amerika Latin. Selain pertemuan dengan para pemimpin Amerika Latin di sela-sela sesi tahunan PBB, pada Juni 2023 ia memulai tur lima hari yang mengunjungi Venezuela, Nikaragua, dan Kuba. Dengan menandatangani 35 dokumen kerja sama di berbagai bidang, ia melakukan lompatan panjang untuk memulihkan pangsa perdagangan Iran di kawasan ini. 

Selain itu, hubungan Iran dengan Afrika juga mengalami peningkatan. Salah satu manifestasinya adalah inisiatif KTT Iran-Afrika yang diselenggarakan pada awal bulan April di Teheran pada tingkat pejabat senior, termasuk menteri keuangan di lebih dari 30 negara Afrika. Presiden Raisi melakukan tur ke tiga negara yaitu Kenya, Uganda, dan Zimbabwe pada Juli 2023, kunjungan pertama Presiden Iran ke Afrika dalam 11 tahun. 

Lonjakan pendapatan minyak dan gas di tengah sanksi keras dan perjanjian energi dengan negara tetangga adalah salah satu keuntungan lain dari diplomasi ekonomi pemerintahan Presiden Raisi. Menurut para pejabat, Iran berhasil meningkatkan produksi minyak dan gas serta pendapatan ekspor ke tingkat lebih tinggi dibandingkan sebelum AS menarik diri dari perjanjian nuklir, yang secara resmi disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Di sisi lain, kerja sama di bidang energi dengan negara-negara tetangga telah menjadi agenda Kementerian Perminyakan sejak awal pemerintahan Presiden Raisi, yang mengakhiri lima tahun kegagalan perjanjian Gaza dengan Turkmenistan. Perjanjian tiga pihak ini, termasuk Azerbaijan, bahkan membuka jalan bagi Teheran untuk mengakses pasar gas Eropa di masa depan. 

Langkah penting lainnya terjadi di Pakistan. Kedua negara sepakat untuk menyelesaikan pipa gas Iran ke Pakistan. Dengan mengambil langkah-langkah akhir dari perjanjian ini, pangsa Iran di pasar energi kawasan pasti akan menyaksikan transformasi mendasar. Dengan diresmikannya ladang gas South Pars tahap ke-11 di pemerintahannya di ladang energi bersama dengan Qatar, produksi Iran akan melampaui Qatar bahkan di tengah sanksi.


3. Membuka kapasitas koridor Iran 
Iran memiliki posisi geopolitik unik di jalan raya yang menghubungkan dunia timur, barat, utara dan selatan. Hal ini menciptakan peluang bagi Iran untuk memiliki peran kunci dalam proyek transit besar dan jaringan perdagangan internasional serta dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan mengamankan sumber pendapatan. 

Dalam hal ini, kita bisa melihat peningkatan peringkat regional dan internasional Iran di bawah pemerintahan Presiden Raisi. Pada masa ini, perubahan pendekatan "komando ekonomi perlawanan" menyebabkan pemerintah memprioritaskan lompatan pembangunan Koridor Utara-Selatan, sehingga memungkinkan proyek kereta api dan jalan raya mengalami perkembangan luar biasa dalam waktu singkat. 

Dalam hal ini, kerja sama dengan India untuk memperluas pelabuhan Chabahar semakin cepat dan hubungan kereta api ke Afghanistan diakhiri dengan peresmian kereta api Khaf-Herat pada Juli tahun lalu. 

Selain itu, Koridor Timur-Barat merupakan rencana strategis jangka menengah dimana terdapat persaingan yang ketat mengingat potensi transportasi yang sangat besar. Beberapa rute saingan sudah aktif dan tertanam dalam kerangka koridor ini. Ketika tiga tahun lalu Inisiatif Jalan dan Sabuk (RBI) diresmikan dan kereta barang Turki pertama menuju Tiongkok tanpa melewati Iran, muncul perasaan bahwa Iran tertinggal dalam megaproyek ini. Jadi, Iran adalah negara yang paling tidak terlibat dalam proyek penting ini pada pemerintahan sebelumnya meskipun ada kesadaran akan pentingnya RBI secara geopolitik. 

Pendekatan ini berubah di bawah pemerintahan Presiden Raisi yang fokus pada pemanfaatan kapasitas regional negara tersebut. Penggunaan kapasitas transit negara untuk pertukaran perdagangan bilateral atau multilateral dengan negara-negara sekutu menjadi perhatian. Peresmian jalur kereta barang Kazakhstan-Turkmenistan-Iran-Turki dengan pengangkutan kontainer pada Mei 2022 untuk meningkatkan Koridor Timur-Barat dan penandatanganan protokol transit Tiongkok ke Eropa pada KTT Tashkent pada November 2023 merupakan salah satu buah dari kebijakan yang berhasil mencapai tujuan tersebut.[IT/AR]
Comment