0
Thursday 30 May 2024 - 00:34
Thailand - BRICS:

Negara Asia Menyatakan Niatnya untuk Bergabung dengan BRICS

Story Code : 1138441
Lat Phrao Temple in Bangkok, Thailand
Lat Phrao Temple in Bangkok, Thailand
Bangkok melihat masa depan Thailand di dunia multipolar, kata pemerintah negara Asia tersebut

Kabinet di Bangkok telah menyetujui teks surat resmi yang menyatakan niat Thailand untuk bergabung dengan kelompok tersebut, kata juru bicara pemerintah Chai Wacharonke dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh media lokal.

Menurut Chai, surat tersebut menyatakan bahwa Thailand memahami pentingnya multipolaritas dan meningkatnya peran negara berkembang dalam urusan internasional.

Visi Thailand untuk masa depan sejalan dengan prinsip-prinsip BRICS dan bergabungnya negara ini akan memberikan manfaat dalam banyak hal, termasuk meningkatkan perannya di arena internasional dan memberikan peluang untuk mengambil bagian dalam membentuk tatanan dunia baru, demikian isi surat tersebut.

BRICS telah mengundang negara-negara non-anggota yang ingin bergabung untuk mengambil bagian dalam pertemuan puncak kelompok tersebut, yang dijadwalkan pada akhir Oktober di Kazan, Rusia. Menghadiri KTT tersebut akan menjadi peluang bagi Thailand untuk mempercepat proses pengajuan, kata Chai.

Awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, BRICS menambahkan Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab pada awal tahun 2024. Sejak itu, 15 negara lagi telah menunjukkan minat untuk masuk, termasuk Bahrain, Belarus, Kuba , Kazakstan, Pakistan, Senegal dan Venezuela.

BRICS yang diperluas menyumbang sekitar 30% dari perekonomian global dan memiliki populasi sekitar 3,5 miliar, atau 45% dari total populasi dunia. Ini juga menyumbang lebih dari 40% produksi minyak dunia.

Menurut Dana Moneter Internasional, BRICS saat ini menyumbang 36% PDB global dalam hal paritas daya beli (PPP), dibandingkan dengan G7 yang hanya menyumbang 30%. BRICS bertujuan untuk menyalip G7 dalam PDB global nominal selama empat tahun ke depan, kata kepala Bank Pembangunan Baru (NDB), Dilma Rousseff, pada bulan Februari.[IT/r]
Comment