0
Friday 28 March 2014 - 14:21
Hegemoni Global AS

Ubah Diego Garcia Jadi Pangkalan Militer, AS Usir Pribumi

Story Code : 366681
Diego Garcia, Pangkalan Militer AS (http://ivarfjeld.files.wordpress.com)
Diego Garcia, Pangkalan Militer AS (http://ivarfjeld.files.wordpress.com)

Dalam upaya menyulap pulau Diego Garcia di Samudera Hindia yang tertidur menjadi pangkalan militer yang dominan, AS terpaksa mengangkut 2000 warga Chagossian ke pengasingan dan membunuh anjing-anjing peliharaannya dengan semburan gas mematikan.

Dengan melarang wartawan berada di lokasi itu, Angkatan Laut AS mampu menjadikannya nyaris steril dari liputan pers, ujar David Vine, asisten profesor antropologi di Universitas Amerika dan penulis buku "Island of Shame: the Secret History of the U.S. Military on Diego Garcia (Princeton University Press)".

"Warga Chagossian ditempatkan di atas perahu dan dibawa ke Mauritius dan Seychelles, 1200 mil jauhnya, di mana mereka ditinggalkan di dermaga, tanpa uang dan tanpa rumah, untuk berjuang sendiri," kata Vine pada wawancara acara "Buku of Our Time", yang disponsori Massachusetts School of Law di Andover.

"Mereka dijanjikan pekerjaan yang tidak pernah dipenuhi. Mereka hidup di sebuah pulau dengan sekolah, rumah sakit, dan kesempatan kerja penuh, semacam pedesaan di pesisir Perancis, dan mereka dibuang dalam kemiskinan hidup di pengasingan, menganggur, dibebani masalah kesehatan, dan yang termiskin dari yang miskin," lanjut Vine falam wawancara yang diadakan Lawrence Velvel, dekan fakultas hukum.

Anjing peliharaan mereka ditangkapi dan digas, tubuhnya dibakar, di depan mata para mata pemiliknya yang mengalami trauma, tutur Vine.

"Mereka dipindahkan karena jumlahnya sedikit dan bukan [berkulit] putih," imbuh Vine. Pemerintah AS menyebarkan fiksi tentang warga Chagossian yang konon merupakan pekerja kontrak sementara yang menjadi penduduk di sana baru-baru ini.

Padahal, kenyataannya, tegas Vine, mereka sudah tinggal di Diego Garcia sejak Revolusi Amerika. Para pedagang membawa mereka untuk bekerja di perkebunan kelapa dan kopra. "Pemerintah AS menekan Washington Post untuk keceplosan soal kejadian [sesungguhnya] di pulau itu.

"Melalui Diego Garcia," tunjuk Vine, "AS dapat memproyeksikan kekuatannya di seluruh Timur Tengah, dan dari Afrika Timur ke India, Australia, dan Indonesia. Bersama Guam, pulau itu menjadi pangkalan AS paling penting di mancanegara." Menurutnya, sekarang AS memiliki sekitar 1000 pangkalan militer, termasuk 287 di Jerman, 130 di Jepang dan Okinawa, serta 57 di Italia.

Pangkalan menjadi sarana penting bagi kekuatan militer dan ekonomi AS, tak lama setelah kemerdekaan. "Kami memiliki basis hingga Pasifik. Selepas Perang Saudara, AS mulai memerlukan pangkalan lepas pantai di Pasifik," tutur Vine.

Meskipun secara paksa diusir pada 1971, lanjut Vine, warga Chagossian masih berharap untuk kembali ke pulau itu, seraya menunjuk masa mereka diasingkan sebagai salah satu "kesedihan mendalam". Vine mengatakan, mereka akan senang tinggal di bagian timur pulau yang tidak terpakai dan bekerja di pangkalan. Namun AS malah "mengimpor tenaga kerja kontrak dari daerah lain yang dapat dipulangkan saat pekerjaan selesai." Warga pulau yang selamat selama diasingkan berikut keturunannya pada hari ini berjumlah sekitar 5000 jwa.

Karena sudah terlalu lama tak dijamah wartawan, Palang Merah, dan para pengamat internasional, juga jauh lebih rahasia dari Guantanamo Bay, banyak pihak menduga pulau itu adalah "situs gelap" rahasia CIA untuk tahanan kelas kakap, tulis Vine dalam artikel terkait. Buku karya jurnalis Stephen Grey, "Ghost Plane", mendokumentasikan kehadiran pesawat carteran CIA di pulau itu yang digunakan untuk "redition flight" (penerbangan memindahkan sesorang, biasanya buronan, dari satu negara ke negara lain dengan cara yang memungkinkan lolos dari semua proses administrasi dan peradilan).

Dalam dua kesempatan, mantan panglima prajurit AS, Jenderal Barry McCaffrey, secara publik menyebut Diego Garcia sebagai fasilitas penahanan. Sementara laporan Dewan Eropa menyebutkan pulau karang itu, bersama yang ada di Polandia dan Rumania, sebagai penjara rahasia.

Pulau itu, lanjut Vine, menjadi "landasan peluncuran utama" bagi serangan AS di Afghanistan dan Irak. Selain pelabuhan yang luas, pulau itu juga siap mendukung beberapa pesawat tempur terbesar AS, termasuk pesawat pengebom B-52s, B-1Bs, dan B-2s. Dua tahun silam, Pentagon mendapat kontrak 32 juta dolar AS untuk menambahkan pangkalan kapal selam di pulau itu.

Diego Garcia dimiliki Inggris hingga 1966, saat London mengizinkan AS untuk menggunakannya sebagai pangkalan militer sebagai pertukaran untuk menghanguskan utang Inggris sebesar 14 juta dolar AS atas pembelian perangkat keras militer. Seberapa luas pangkalan itu diungkapkan fakta bahwa, menurut pengakuan Pentagon, di situ terdapat 654 bangunan. (IT/GR/rj)
Comment