0
Sunday 6 November 2022 - 17:39

Netanyahu Menang Pemilu; Bahrain akan Terus Membangun Kemitraan dengan Rezim Israel 

Story Code : 1023094
Netanyahu Menang Pemilu; Bahrain akan Terus Membangun Kemitraan dengan Rezim Israel 
"Kami memiliki kesepakatan dengan Israel, bagian dari Kesepakatan Abraham, dan kami akan tetap pada kesepakatan kami dan kami berharap itu akan berlanjut di jalur yang sama dan terus membangun kemitraan kami bersama-sama," kata penasihat diplomatik raja Bahrain, Sheikh Khalid bin Ahmed Al Khalifa pada hari Sabtu seperti dilaporkan Press TV.

"Kami ingin memastikan bahwa kami tidak harus mencapai hari di mana kami akan menghadapi beberapa penurunan keamanan di kawasan dalam bentuk apa pun," kata Sheikh Khalid, yang negaranya merupakan rumah bagi Armada Kelima Angkatan Laut AS.

Netanyahu memenangkan pemilihan pekan lalu meski menghadapi tuduhan korupsi dan disfungsi politik.

Pemilihan, yang dimulai pada hari Selasa, adalah upaya kelima oleh Israel hanya dalam empat tahun untuk mengakhiri kebuntuan politik yang melumpuhkan di Tel Aviv, di tengah perpecahan politik mendalam di antara partai-partai politik rezim.

Di bawah pemerintahan Netanyahu pada tahun 2020, rezim Israel menormalkan hubungan dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Kelompok oposisi utama Bahrain al-Wefaq dan ulama terkemuka kerajaan Sheikh Isa Qassim telah berulang kali mengutuk langkah normalisasi yang dilakukan oleh dinasti al-Khalifa.

Netanyahu menandatangani perjanjian dengan Menteri Luar Negeri Emirat Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani dalam upacara resmi yang diselenggarakan mantan presiden Donald Trump di Gedung Putih pada September 2020.

Sudan dan Maroko mengikutinya di akhir tahun dan menandatangani kesepakatan normalisasi serupa yang ditengahi AS dengan rezim pendudukan.

Dipelopori oleh UEA, langkah tersebut telah memicu kecaman luas dari Palestina serta negara-negara dan pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, terutama di dunia Muslim.

Palestina mengecam kesepakatan itu sebagai "tikaman dari belakang" yang berbahaya dan pengkhianatan terhadap tujuan mereka melawan pendudukan Israel selama beberapa dekade di wilayah Palestina. Rakyat Palestina sedang berusaha menciptakan negara merdeka di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza dengan al-Quds Timur sebagai ibukotanya.[IT/AR]
Comment