0
Sunday 31 March 2024 - 07:41
AS dan Gejolak Palestina:

Jurnalis AS: Biden Akan Kalah dalam Pemilihan Ulang karena Kebijakan Genosidanya di Gaza 

Story Code : 1126006
Genocide Joe.jpg
Genocide Joe.jpg
Abayomi Azikiwe, editor Pan-African News Wire, yang berbasis di Detroit, AS, menyampaikan pernyataan tersebut dalam wawancara eksklusif dengan situs Press TV pada hari Sabtu (30/3).

Ia mengomentari sebuah jajak pendapat yang menemukan bahwa mayoritas warga Amerika kini tidak menyetujui perang genosida Zionis Israel di Jalur Gaza karena rezim tersebut mulai kehilangan dukungan dari negara dermawannya, Amerika Serikat, demikian temuan sebuah jajak pendapat baru.

Lembaga jajak pendapat yang berbasis di AS, Gallup, mengatakan survei barunya menunjukkan dukungan terhadap kekejaman Zionis Israel di Gaza turun dari 50 persen pada bulan November menjadi 36 persen pada bulan Maret.

Setidaknya 55 persen warga Amerika kini menentang perang, demikian temuan Gallup.

“Semakin banyak orang di Amerika Serikat yang menyadari betapa brutalnya rezim di Tel Aviv,” kata Azikiwe.

“Sejak 7 Oktober, pasukan Zionis Israel dengan sengaja berusaha menghancurkan rakyat Palestina yang sudah sangat tertekan dan tertindas. Gaza dianggap sebagai penjara terbuka terbesar di dunia yang telah dikepung selama bertahun-tahun,” katanya.

“Sekarang niat genosida yang dilakukan Tel Aviv menjadi jelas bagi puluhan juta orang di seluruh Amerika Serikat,” kata jurnalis tersebut.

“Pada saat yang sama, gerakan solidaritas terhadap Palestina di Amerika Serikat telah tumbuh secara eksponensial. Orang-orang turun ke jalan dalam demonstrasi massal menentang genosida,” katanya.

“Banyak kampus universitas dan perguruan tinggi yang menjadi pusat upaya solidaritas Palestina. Masalah ini sedang diperdebatkan secara luas sementara Presiden AS Joe Biden telah dicap oleh banyak orang sebagai 'Genosida Joe' karena penolakannya untuk menghentikan pengiriman senjata dan menjatuhkan sanksi terhadap rezim Zionis,” katanya.

Zionis Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melakukan Operasi Badai Al-Aqsa terhadap entitas perampasnya sebagai pembalasan atas kekejaman rezim yang semakin intensif terhadap rakyat Palestina.

Agresi Zionis Israel sejauh ini telah menewaskan sekitar 32.623 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 75.092 lainnya.

Rezim Tel Aviv juga telah memberlakukan “pengepungan total” terhadap wilayah tersebut, memutus bahan bakar, listrik, makanan dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.

Menurut laporan Washington Post, yang diterbitkan pada hari Jumat, pemerintahan Biden telah mengizinkan transfer bom dan jet tempur senilai miliaran dolar ke Zionis Israel dalam beberapa hari terakhir di tengah perang genosida rezim tersebut terhadap warga Palestina di Gaza.

Pejabat Pentagon dan Departemen Luar Negeri mengatakan paket senjata baru tersebut mencakup lebih dari 1.800 bom, The Washington Post melaporkan.

Menurut laporan tersebut, perangkat ini memiliki berat 2.000 pon yang dapat menghancurkan seluruh blok kota dan jarang digunakan di daerah berpenduduk padat. Namun Zionis Israel telah menggunakannya secara luas di Gaza.

Pekan lalu, Departemen Luar Negeri juga mengizinkan transfer 25 jet tempur F-35 dan mesinnya ke Zionis Israel.

Laporan sebelumnya mengatakan AS diam-diam telah melakukan lebih dari 100 penjualan senjata ke Zionis Israel sejak serangan gencar di Gaza dimulai pada 7 Oktober.

Pasokan senjata tersebut bertentangan dengan seruan AS untuk gencatan senjata di Gaza.

“Peringkat persetujuan terhadap Biden secara keseluruhan telah turun secara signifikan karena Washington memfasilitasi pembunuhan massal warga Palestina. Kecuali jika kebijakan saat ini diubah dengan cepat, Biden bisa saja kalah dalam upayanya untuk terpilih kembali,” kata Azikiwe.

“Di beberapa negara bagian AS, pemilih utama Partai Demokrat telah memberikan suara mereka sebagai ‘tidak terikat’. Suara di kolom 'tidak berkomitmen' lebih dari cukup untuk menghasilkan kekalahan Biden pada bulan November. Meskipun retorika Gedung Putih telah bergeser, kebijakan genosida yang sama masih tetap ada,” analis tersebut menyimpulkan.[IT/r]
Comment