0
Tuesday 9 April 2024 - 23:37
Gejolak Piolitik AS:

Bos JPMorgan Memperingatkan AS Menghadapi Risiko Paling Parah Sejak Perang Dunia II

Story Code : 1127795
Jamie Dimon, chief executive officer of JPMorgan Chase & Co.
Jamie Dimon, chief executive officer of JPMorgan Chase & Co.
Dalam surat pemegang saham tahunan yang dirilis pada hari Senin (8/4), Jamie Dimon menyoroti pengeluaran pemerintah yang signifikan, upaya pengurangan neraca cadangan federal, konflik Ukraina, dan perang genosida Zionis Israel sebagai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap lingkungan yang berpotensi berisiko yang dapat melampaui apa pun yang terlihat sejak Perang Dunia II.

“Peran kepemimpinan global Amerika sedang ditantang dari luar oleh negara-negara lain dan dari dalam oleh para pemilih kita yang terpolarisasi,” tulis bankir berusia enam puluhan ini.

“Kita perlu menemukan cara untuk mengesampingkan perbedaan kita dan bekerja sama dengan negara-negara Barat lainnya atas nama demokrasi. Di masa krisis besar ini, bersatu untuk melindungi kebebasan penting kita, termasuk kebebasan berusaha, adalah hal yang terpenting,” desaknya.

"Ada kebutuhan yang semakin besar untuk meningkatkan belanja seiring kita terus melakukan transisi menuju perekonomian yang lebih hijau, merestrukturisasi rantai pasokan global, meningkatkan belanja militer dan memerangi kenaikan biaya perawatan kesehatan,” tambahnya lebih lanjut.

Dimon menyatakan kurang optimisme dibandingkan dengan sentimen pasar secara umum mengenai kemungkinan perekonomian AS mencapai "soft landing", yang ditandai dengan "pertumbuhan moderat seiring dengan penurunan inflasi dan suku bunga."

Meskipun investor memperkirakan kemungkinan terjadinya soft landing "70% hingga 80%", Dimon yakin kemungkinan hasil yang menguntungkan ini jauh lebih rendah.

Ia mengungkapkan kekhawatiran khusus mengenai tingginya tingkat belanja dan meningkatnya defisit yang dilakukan oleh pemerintah AS serta negara-negara lain, serta perlunya negara-negara seperti AS untuk meningkatkan kehadiran militer dan mengembangkan lebih lanjut infrastruktur yang berkelanjutan.

Faktor-faktor tersebut diperkirakan berkontribusi terhadap tingkat inflasi yang melebihi ekspektasi investor, ujarnya.

“Kekuatan yang signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya ini menyebabkan kita harus tetap berhati-hati,” kata bos lembaga keuangan multinasional tersebut.[IT/r]
Comment