0
Tuesday 7 May 2024 - 05:47

Protes di Kampus-kampus di AS Bukti Kegagalan Amerika-Zionis Memanipulasi Opini Publik

Story Code : 1133289
Protes di Kampus-kampus di AS Bukti Kegagalan Amerika-Zionis Memanipulasi Opini Publik
Amerika Serikat telah mengobarkan sejumlah besar perang sepanjang sejarah dan sellau menggunakan kekuatan bersenjata tanpa pandang bulu meski dalam beberapa dekade terakhir, terlihat penurunan hegemoni militer Amerika. Jika pengerahan kekuatan militer dengan berbagai senjata canggih gagal, maka AS akan segera beralih ke perang ekonomi dengan melibatkan sanksi, tarif, pengendalian pasar, dan tindakan ekonomi hukuman lainnya. 

Namun dalam genosida di Gaza, Washington menerapkan taktik berbeda untuk mempengaruhi dan memanipulasi opini publik.

AS menyadari bahwa Poros Perlawanan telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya dan tidak ada senjata atau tindakan ekonomi bersifat menghukum yang dapat menghalangi gerakan perlawanan ini untuk mengakhiri agresi genosida Israel-Amerika terhadap warga Palestina di Gaza yang sejauh ini menewaskan hampir 37.000 orangdalam 213 hari terakhir.

Setelah mengakui kekalahan melawan Poros Perlawanan, Amerika dan Zionis baru-baru ini memulai perang disinformasi domestik dan global dalam skala besar untuk mencoba memanipulasi opini publik agar sejalan dengan agenda pecah belah mereka.

Seluruh batalyon pemimpin, juru bicara dari Amerika, pendudukan Israel dan pemandu sorak Zionis di Inggris dan di tempat lain telah mencoba untuk menutupi genosida Israel. Dan itu terjadi secara berulang-ulang. Setiap jawaban dalam setiap wawancara TV dimulai dengan kata-kata yang sama dan diakhiri dengan cara yang sama.

Semua ini merupakan bagian dari perang melawan hati nurani masyarakat – menggambarkan penindas sebagai yang tertindas, korban sebagai teroris, dan pendudukan Israel dengan darah 15.000 anak-anak yang terbunuh (dan terus bertambah) di tangannya sebagai seseorang yang bertindak “mempertahankan dirii”.  Video-video pemandu sorak Zionis yang berpegang pada narasi yang sama selama wawancara TV sempat viral di media sosial karena alasan yang salah.

Ini hanyalah puncak gunung es dari perang pikiran yang banyak dilakukan dan lebih berbahaya daripada perang militer atau ekonomi karena tujuan akhirnya adalah mencuci otak seluruh lapisan masyarakat agar mendukung genosida secara membabi buta.

Protes mahasiswa di kampus-kampus di AS dan beberapa negara Eropa, yang menjadi berita utama dalam beberapa minggu terakhir, menjadi indikator bahwa bukan hanya terjadi pergeseran lempeng tektonik dari generasi ke generasi, namun juga indikator bahwa perang propaganda AS telah gagal secara spektakuler.

Para mahasiswa yang melakukan protes di beberapa universitas paling bergengsi di AS dan menyerukan institusi tersebut untu mmemutus hubungan dengan militer Israel adalah mahasiswa yang sama yang akan menjadi anggota Kongres di masa depan. 

Para pemimpin dan pembuat kebijakan Amerika sangat menyadari hal ini dan itulah sebabnya mereka bingung.

Ribuan mahasiswa yang melakukan protes secara damai tidak akan ditangkap dengan tingkat kekerasan seperti itu atau akan diskors dari universitas mereka hanya karena berbicara menentang genosida dan proksi Amerika nomor satu di Asia Barat, yaitu entitas Zionis.

Tindakan keras AS terhadap mahasiswa pernah terjadi pada masa gerakan anti-perang melawan Perang Vietnam, namun tidak dalam skala dan besaran seperti yang kita saksikan sekarang. Ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.

Meskipun mereka memulai peperangan yang paling berbahaya, yaitu ketika Amerika dan Zionis berusaha mengendalikan pikiran orang-orang di masyarakat, keduanya akhirnya gagal di tengah maraknya gerakan mahasiswa dan kelompok yang menyuarakan dukungan terhadap Palestina. 

Pemberontakan damai di universitas-universitas Amerika yang menyebar ke seluruh dunia Barat merupakan bukti bahwa pemerintah AS dan rezim Zionis telah kalah perang untuk mengendalikan pikiran masyarakat Barat, terutama pikiran dan hati nurani generasi muda.[IT/AR]
 
Comment