UNICEF Minta Segera Akhiri Penderitaan Anak-anak Yaman dan Suriah
Story Code : 782849
"Kami menyerukan sekali lagi pada semua pihak dan siapa saja yang memiliki pengaruh untuk mewujudkan perdamaian sekarang dan bukan besok," kata Geert Cappelaere, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
Cappelaere mengatakan, sekitar 5 juta anak-anak Suriah lahir sejak awal perang di Suriah pada 2011.
"Anak-anak ini memiliki masa depan yang suram dengan tidak adanya solusi politik untuk perang yang tidak masuk akal," katanya.
Cappelaere lebih lanjut mengatakan, banyak anak-anak ini lahir dari keluarga yang terkait dengan ekstrimis, tetapi "anak-anak ini bukan teroris. Mereka berhak mendapatkan masa kanak-kanak dan mereka pantas mendapatkan kesempatan yang adil dalam hidup."
Cappelaere mengatakan, UNICEF akan terus memberikan dukungan kepada anak-anak Suriah di Suriah dan di negara-negara penerima.
Pernyataan Cappelaere itu diutarakan dalam acara yang diadakan oleh UNICEF peluncuran album lagu perdana anak-anak yang menandai delapan tahun sejak dimulainya perang di Suriah.
Di Yaman, UNICEF memperkirakan, dari tujuh juta anak usia sekolah, lebih dari dua juta mereka tidak dididik di tengah perang koalisi pimpinan Saudi melawan negara Arab yang miskin itu.
"Situasi sektor pendidikan Yaman menakutkan. Dari 7 juta anak usia sekolah, lebih dari 2 juta anak sudah tidak bersekolah," kata direktur regional Dana Darurat Anak Internasional PBB.
"Infrastruktur sekolah rusak parah dan bahan belajar kurang. Satu dari lima sekolah di Yaman tidak dapat lagi digunakan karena sudah rusak atau digunakan dalam pertempuran atau untuk melindungi keluarga yang kehilangan tempat tinggal," kata Cappelaere.
Terlepas dari pendidikan, agresi Saudi juga telah membunuh atau membahayakan kehidupan anak-anak Yaman sejak 2015.
Bulan lalu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan puluhan ribu anak di bawah usia lima tahun telah meninggal karena kelaparan di Yaman sejak Arab Saudi dan sejumlah sekutunya meluncurkan agresi militer yang kejam terhadap negara miskin itu hampir empat tahun lalu.
"Anak-anak tidak memulai perang di Yaman, tetapi mereka membayar harga tertinggi. Sekitar 360.000 anak-anak menderita kekurangan gizi akut, berjuang untuk hidup mereka setiap hari. Dan satu laporan yang dapat dipercaya menyebutkan jumlah anak di bawah 5 tahun yang meninggal karena kelaparan lebih dari 80.000," jelas Guterres pada konferensi donor di kota Jenewa Swiss pada 26 Februari. [IT]