0
Thursday 7 October 2021 - 17:26

Menlu Iran dan Presiden Libanon Bertemu di Beirut

Story Code : 957612
Menlu Iran & Presiden Libanon (Tasnim).
Menlu Iran & Presiden Libanon (Tasnim).
Amirabdollahian dan Aoun juga membahas perkembangan bilateral dan regional serta isu-isu seperti perlawanan terhadap ancaman rezim Zionis.

Dalam pertemuan itu, diplomat top Iran menekankan dukungan Republik Islam untuk kemerdekaan dan integritas teritorial Libanon.

Amirabdollahian juga dijadwalkan bertemu Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, Perdana Menteri Najib Mikati dan rekannya Abdullah Bou Habib selama di Libanon.

Setibanya di Beirut hari ini, dia mengatakan bahwa Republik Islam Iran akan mendukung sekutunya dengan kuat di dan akan melanjutkan dukungan kami untuk kemerdekaan, keamanan, dan kedaulatan Libanon.

Menunjuk kampanye media sosial yang diluncurkan menjelang kunjungannya sebagai apresiasi atas bantuan Iran ke Libanon dalam mematahkan pengepungan ekonomi Amerika Serikat, Amirabdollahian mengatakan Tehran bahkan memiliki “penawaran baru yang lebih baik” jika para pejabat Libanon mengajukan permintaan.

Dia mengatakan Republik Islam juga siap "melanjutkan jalan sebelumnya," mengacu pada penjualan energi baru-baru ini ke Libanon, selama Beirut mengajukan permintaan, dan juga memberikan bantuan kepada Libanon di bidang lain.

“Perjalanan ini menunjukkan hubungan yang dalam dan bersahabat antara kedua negara, dan kami mendukung tentara, rakyat, dan perlawanan Libanon dengan suara yang kuat,” tambahnya sepeti dikutip Tasnim News.

AS memberlakukan kembali sanksinya terhadap Iran pada 2018 setelah secara ilegal meninggalkan perjanjian nuklir bersejarah antara Republik Islam dan negara-negara dunia.

AS telah memberlakukan tindakan serupa terhadap Libanon selama lebih dari satu tahun untuk menekan negara itu terkait pengaruh Hizbullah di sektor politik dan militer. Pada tahun 2000-an, Hizbullah melawan dua perang besar di Libanon yang dilancarkan rezim Israel, sekutu paling berharga Washington di wilayah tersebut.

Sanksi telah berdampak besar pada ekonomi Libanon, yang menyebabkan kekurangan bahan pokok, termasuk bensin dan solar.

Ketika krisis energi meningkat, Hizbullah turun tangan dan mulai mengimpor bahan bakar Iran untuk mencegah Washington mengganggu lebih lanjut mata pencaharian rakyat Libanon.[IT/AR]
Comment