0
Wednesday 22 December 2021 - 09:47
AS dan Gejolak Afghanistan:

Ratusan Pengunjuk Rasa Afghanistan Menyerukan Pembebasan Aset yang Dibekukan

Story Code : 969672
Ratusan Pengunjuk Rasa Afghanistan Menyerukan Pembebasan Aset yang Dibekukan
Pawai Selasa (21/12) diselenggarakan oleh Gerakan Rakyat Afghanistan, yang di masa lalu mengadakan demonstrasi damai di ibu kota Afghanistan.

Akun media sosial yang memposting banyak gambar dan klip video menunjukkan bahwa para peserta berbicara untuk warga negara biasa.

“Tuntutan utama kami adalah Amerika Serikat harus melepaskan aset kami sesegera mungkin,” kata penyelenggara Shafiq Ahmad Rahimi. “Ini adalah kekayaan bangsa, bukan milik satu orang, kelompok, atau pemerintah mana pun.”

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-AS dan memegang spanduk bertuliskan “Mari kita makan” dan “Beri kami uang beku kami.”

Afghanistan telah tertatih-tatih di ambang bencana kemanusiaan besar. Dalam beberapa pekan terakhir, badan-badan PBB telah memperingatkan bahwa jutaan warga Afghanistan bisa kehabisan makanan sebelum awal musim dingin dan sekitar satu juta anak berisiko kelaparan.

Menurut survei terbaru oleh Program Pangan Dunia (WFP), diperkirakan 98% orang Afghanistan tidak cukup makan, dengan tujuh dari 10 keluarga terpaksa meminjam makanan, yang mendorong mereka lebih dalam ke dalam kemiskinan.

Krisis yang berlangsung juga telah mempengaruhi sistem perbankan yang sudah rapuh di negara itu, terutama dengan miliaran dolar aset Afghanistan dibekukan oleh AS sejak pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban pada Agustus.

Para menteri luar negeri yang menghadiri pertemuan terakhir Organisasi Kerjasama Islam (OKI) awal pekan ini berjanji untuk membentuk dana perwalian kemanusiaan untuk mengatasi kekacauan yang berkembang dan krisis ekonomi di Afghanistan.

Taliban, yang sebelumnya memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001, mengambil alih kekuasaan lagi pada 15 Agustus saat AS berada di tengah penarikan pasukan yang kacau. Kelompok tersebut mengumumkan pembentukan pemerintahan sementara pada 7 September. Belum ada negara yang mengakui aturan mereka. Sejak itu, Taliban telah berjuang untuk menahan krisis ekonomi.

PBB mengatakan Afghanistan menghadapi "salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia." [IT/]
Comment