0
Tuesday 15 January 2019 - 16:55
AS, Turki dan Gejolak Suriah:

Trump dan Erdogan Pertimbangkan Membangun 'Zona Keamanan' di Suriah

Story Code : 772214
US President Donald Trump and his Turkish counterpart Recep Tayyip Erdogan.jpg
US President Donald Trump and his Turkish counterpart Recep Tayyip Erdogan.jpg
Dalam sebuah pernyataan, kepresidenan Turki mengatakan Erdogan mengatakan kepada Trump bahwa dia tidak punya masalah dengan Kurdi di Suriah dan bahwa Ankara hanya berusaha untuk memerangi kelompok-kelompok bersenjata di negara yang dilanda perang yang mengancam keamanan nasionalnya.

Kedua pemimpin juga "membahas gagasan menciptakan zona keamanan yang bebas dari terorisme di utara negara itu", pernyataan itu menambahkan.

Sementara itu, sekretaris pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Presiden menyatakan keinginan untuk bekerja sama untuk mengatasi masalah keamanan Turki di timur laut Suriah sambil menekankan pentingnya bagi Amerika Serikat bahwa Turki tidak menganiaya orang Kurdi dan warga Suriah lainnya. Pasukan Demokrat yangmana kita telah berjuang untuk mengalahkan ISIS,” merujuk pada singkatan lain dari kelompok teror ISIL.

Sanders mencatat bahwa Ketua Kepala Gabungan Jenderal Joseph Dunford akan bertemu dengan mitranya dari Turki pada hari Selasa (15/1)"untuk melanjutkan konsultasi" tentang Suriah.

"Jenderal Dunford dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari Turki minggu ini di sela-sela Komite Militer NATO di Sesi Ketua Pertahanan, yang akan diadakan 15-16 Januari di Markas Besar NATO, Brussels, Belgia,” Kolonel Patrick Ryder, seorang Juru bicara Dunford mengatakan kepada CNN.

Kemudian Senin (14/1), Trump mengkonfirmasi kontak telepon dalam tweet.

“Bicara dengan Presiden Erdogan dari Turki untuk memberi saran di mana kita berpegang pada semua hal termasuk dua minggu terakhir kesuksesan kita dalam memerangi sisa-sisa ISIS, dan 20 mil zona aman. Juga berbicara tentang pembangunan ekonomi antara AS & Turki - potensi besar untuk berkembang secara substansial!” tulisnya.

Percakapan pada hari Senin (14/1) terjadi sehari setelah Trump mengancam di Twitter bahwa dia akan "menghancurkan" perekonomian Turki jika pasukannya menyerang militan Kurdi yang didukung AS.[IT/r]
 
 
Comment