0
Friday 1 January 2016 - 14:22
Gejolak Timur Tengah:

Muara Gejolak Gunung Es Timur Tengah dan Poros Saudi-Turki

Story Code : 508779
ISIL, AS dan Zionis Israel.jpg
ISIL, AS dan Zionis Israel.jpg
Pada Minggu (27/12/15) kantor berita Rusia, TASS melaporkan pernyataan juru bicara Tentara Suriah Brigjen Ali Mayhoub bahwa Reza Mohammed al-Masaalm, bos kelompok Takfiri Front Revolusi Suriah tewas di kota Dara’a, 90 km di selatan Damaskus.

Sebelumnya, Sabtu (26/12) juga diberitakan komandan Jeish al-Islam, Zahran Allouch tewas dalam serangan jet Suriah di al-Marj, timur Ghouta, pinggiran Damaskus, bersama beberapa komandan kelompok anti Suriah lainnya, termasuk Hamza Bayrakdar, juru bicara Jeish al-Islam, dan Abdel Nasser Shamir, komandan al-Rahman. Untuk peristiwa ini, anggota Dewan Syuro Ahrar Sham menyatakan belasungkawa.

Pada waktu yang hampir bersamaan, dievakuasi ratusan “tentara kelompok takfiri” dari berbagai daearah di Suriah, seperti Zabadani, dekat perbatasan Libanon, Fuaa dan Kefraya, utara Idlib menuju Beirut dan Turki. Evakuasi ini di pelopori oleh PBB dan International Committee for the Red Cross (ICRC), termasuk Syrian Arab Red Crescent, dan Lebanese Red Cross.

Di Irak, pada 27 Desember, tentara bersama relawan Irak memasuki pusat kota Ramadi dan membersihkan kota itu dari cengkeraman ISIS. Sabah al-Numan, juru bicara Unit Anti Teroris Irak mengatakan, Ramadi dibersihkan lewat serangan darat dan udara dari cengkeraman ISIS. Termasuk distrik al-Baker, Mo'allemin, al-Andalus dan Hoz. Tentara seterusnya akan merebut kembali kota Mosul.

Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi bersumpah akan membersihkan negaranya dari ISIS pada 2016.”Kalau 2015 adalah tahun pembebasan, maka tahun 2016 akan menjadi tahun kemenangan, mengakhiri kehadiran ISIS di Irak dan Mesopotamia.”

Tapi cerita gejolak Timur Tengah tidak akan berhenti dengan terusirnya ISIS dari Irak dan Suriah. Masih banyak cerita yang akan dibuat oleh AS, Inggris dan Israel di kawasan ini untuk menjaga kepentingan mereka. Benih sudah ditabur; kasus Turki dan Kurdi, Turki dan Irak, Yaman dan Saudi, Saudi dan Iran, Hibullah versus Israel, bahkan Turki dan Saudi.

Sebagaimana kita ketahui, gejolak di Timur Tengah secara umum terutama Irak, Suriah dan Yaman secara khusus tidak menguntungkan umat Islam atau negara Muslim manapun. Ini bukan masalah mazhab Syiah atau Sunnah, bukan peperangan antar mazhab, tapi tak lain masalah kepentingan Israel dan AS. AS ingin menjaga kepentingan ekonominya dan pada saat yang sama, hendak menjaga entitas Israel dalam memperluas daerah penjajahan, pembunuhan dan penghapusan etnis Palestina dengan memanfaatkan situasi keruh yang ada.

Gejolak yang terjadi di Irak dan Suriah adalah penutup paling efisien bagi Israel untuk melebarkan daerah pemukiman dan membunuh warga Palestina. Jadi jangan heran, betapa besar dukungan Israel untuk para teroris ISIS, Front an Nusra, Ahrar al-Syam dan kelompok lain dalam melakukan kebiadaban di Irak dan Suriah. Israel juga memberikan dukungan medis untuk para teroris yang terluka. Dataran Tinggi Golan yang mereka duduki menjadi daerah aman bagi para teroris tersebut dari tembakan tentara Suriah dan Hizbullah.

“Serangan udara” AS terhadap ISIS sebenarnya upaya agar teroris dapat mencapai sasaran dan target dengan tepat dan cepat. Tak heran jika AS begitu marah kala Rusia ikut masuk ke medan perang dan melawan teroris yang sama, karena Rusia menyerang ke jantung teroris, bukan untuk membantu teroris.

Serangan jet tempur Rusia telah mengubah peta gejolak dan merugikan kekuatan para pencipta gejolak. Karena itu, gejolak ini akan berjalan ke arah lain secara serius menjadi perang antar negara regional.

Maka pada tahun 2016 mungkin akan terjadi perang antara Irak dan Turki. Gejolak Yaman akan semakin panas dengan semakin gencarnya serangan Saudi. Lebih besar lagi, tekanan politik AS pada Iran bisa memaksa Iran terlibat dalam gejolak fisik di Timur Tengah akibat pembelaan besar Saudi terhadap kehadiran AS di Timur Tengah dan pembelaannya terhadap Israel.

AS akan memaksimalkan Saudi Arabia sebagai pusat gerakan dengan menjadikan Saudi sebagai ikon “perjuangan” Islam menghadapi “kebatilan.” Saudi akan menggalang kekuatan beberapa negara Muslim untuk melegitimasi serangan ke ngara manapun yang dianggapnya perlu, tentu atas nama Islam dan Muslimin.

Gejolak di Timur Tengah akan bedampak negatif pada setiap negara Muslim, termasuk Indonesia. Langsung atau tidak langsung, Muslimin Indonesia akan menerima dampak negatif baik dari kepulangan mantan “pejuang” ISIS dan kelompok lainnya, dan juga gejolak yang di-orchestra AS di Timur Tengah.

Belum dapat dibayangkan bagaimana poros Saudi dan Turki akan mempangaruhi opini muslimin dalam menutupi kejahatan mereka. Dengan memanfaatkan simbol “Haramain” (dua kota Mekah dan Madinah) dan “Pahlawan Mavi Marmara,” Saudi Arabia dan Turki akan menyembunyikan agenda jahat mereka dan membawa Muslimin yang tidak berdosa untuk mendukung mereka dalam melawan kebenaran.

Akan terjadi gejolak dalam tubuh kaum Muslimin, perpecahan dan pertikan di kalangan kaum Muslimin. Lebih buruk lagi, bisa saja terjadi saling bantai di antara Muslimin dengan kedok kesucian Islam.


Untuk itu, kaum Muslimin harus segera mepersiapkan diri menghadapi keadaan yang sangat sulit. Mempelajari dan memahami tentang semua kejadian terjadi di sekitar kita merupakan sebuah kelaziman agar kita tak terjerumus pada tindakan pengkafiran terhadap sesama Muslim yang naudzu billah, bisa menyeret pada aksi pembunuhan atas nama Islam.

Kita tak boleh melupakan persatuan Islam dan menginjak hak-hak Muslimin yang lain. Isalm sudah mengatakan bahwa seseorang yang sudah mengucap syahadah, mengakui keesaan Allah swt dan mengakui kenabian Muhammad saw, terjaga nyawa, harta dan kehormatannya.[Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times/Rm]


Comment