0
10
Komentar
Saturday 18 February 2012 - 12:27
Wawancara;

Ada Upaya Mengganti Sejarah Wali Songo dengan Sejarah Ulama Wahabi

Story Code : 138599
Ada Upaya  Mengganti Sejarah Wali Songo dengan Sejarah Ulama Wahabi

Perjuangan Walisongo merupakan fakta sejarah dalam penyebaran Islam di Nusantara, khususnya pulau Jawa. Keberhasilannya yang gemilang tak lepas dari strategi mereka melalui jalur kultural. Tak ada pertumpahan darah dan inkuisisi.

Karena itulah perjuangannya selalu dikenang. Makamnya selalu diziarahi oleh segenap muslim. Tapi perjuangan sembilan ulama tersebut, dianggap sepi oleh sekelompok orang. Hal itu terbukti dengan absennya Walisongo dari Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Agus Sunyoto sebagai salah seorang sejarawan Nusantara merasa kuatir dengan kondisi ini. Menurutnya, lambat-laun sejarah Walisongo bisa hilang dari ingatan orang, atau bisa jadi dianggap dongeng belaka.

Kekuatiran Wakil Ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi-NU) ini membuahkan buku berjudul “Walisongo Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan” setebal 282 halaman.

Ketika Agus Sunyoto berkunjung ke kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Rabu, (15/2) Abdullah Alawi dari NU Online berhasil mewawancarainya seputar penulisan buku itu. Berikut petikannya.

Belum lama ini mas Agus menulis buku Wali Songo, Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan. Apa tujuan menulis buku itu?

Awalnya ketika saya membaca buku Ensiklopedi Islam terbitan Van Hoeve itu. Ternyata entri Walisongo tidak ada. Demak itu hanya disinggung dua. Kesultanan Demak dan masjid Demak. Itu pun singkat sekali. Yang muncul malah tiga serangkai Wahabi yang membawa faham Wahabi ke Indonesia. Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Piabang sebagai pembawa ajaran Islam.

Reputasi orang itu dalam sejarah perjuangan menyebarkan Islam itu bagaimana?

Yang menimbulkan pecahnya Perang Paderi. Reputasi apa? Orang yang berbeda pandangan dipateni (dibunuh, red).

Kalau kita baca Ensiklopedi Islam itu, secara tidak langsung, kita diarahkan untuk menganggap bahwa Islam yang disebarkan Nusantara itu oleh Wahabi. Begitu, ya?

Iya. Dan itu yang dimasukkan. Itu kan golongan Sumatera Tawalib. Orang sana itu, madrasah-madrasah Wahabi itu, Persis itu masuk, al-Irsyad itu masuk. Resulusi Jihad itu nggak ada. Komite Hijaznya NU itu nggak ada.

Efeknya bagi masyarakat itu apa, Pak?

Ya lambat-laun Walisongo dianggap nggak pernah ada. Islam yang ada sekarang itu dianggap ahistori.

Indikasi apa itu mas?

Kita tinggal menunggu dua puluh tahun lagi. Kalau Walisongo itu sudah tidak ditulis di ensiklopedi, dua puluh tahun lagi, sudah jelas dianggap dongeng. Tidak ada kenyataannya. Tidak diakui. Eksistensinya tidak diakui.

Itu memang sistematis?

Iya sistematis. Ada usaha sistematis untuk menghilangkkan Walisongo.

Tujuan mereka itu apa?

Ya, mereka kan menganggap Walisongo itu tidak sefaham dengan mereka dan mereka membikin seolah-olah yang membawa (Islam) ke sini adalah Wahabi. Tapi itu artinya Islam baru berkembang 1803. Sebelum itu, nggak ada Islam berarti. Itu pemalsuan sejarah. Pemalsuan sejarah yang tidak cerdas!

Apa karena tipikal Walisongo yang menyebarkan Islam melalui pendekatan budaya? Dan itu bersebrangan dengan faham mereka?

Iya. Mereka kan kalau perlu, semua yang bersebrangan faham dengan mereka kan dibunuh saja. Bahwa faham merekalah yang benar. Karena mereka menghalalkan segala cara. Kalau bukan golongan mereka, ya disingkirkan. Sayangnya mereka minoritas.

Dalam sejarah, Islam yang diterima di masyarakat itu selalu pendekatan budaya. Tidak cuma Walisongo. Di Sumatera ada tokoh Aria Damar. Dia kan asalnya penganut Shiwa Budha. Dakwah Islam di Palembang dan sekitarnya itu, ketika yang dakwah itu orang yang dari Arab Said Syarif Hidayatullah itu, itu nggak ada orang yang mau menerima.

Said Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati?

Bukan, mertuanya Ario Damar. Nah, ketika Ario Damar yang mengajak kepada orang-orang yang menganut Budha, baru mereka berkenan mengikuti Islam.

Strateginya bagaimana? Seperti Walisongo juga?

Iya.

Pendekatan budaya juga?

Iya. Begini, semua orang nggak mau ketika yang menyebarkan Islam itu Syarif Hidayatullah. Kenapa? Palembang itu pusatnya Sriwijaya beratus-ratus tahun. Di situ Budha. Bagaimana caranya bisa Islam? Baru bisa setelah Ario Damar yang menganut Shwa Budha itu memeluk Islam dan mengajak orang. Tetap dengan pendekatan kultural. Apa dengan mengajarkan ilmu, pertanian, kesenia. Banyak. Ario Damar itu kan raja muda di sana. Mesti lewat budaya, macam-macam.

Di daerah lain juga mesti yang diterima itu dengan pendekatan budaya? Sulawesi, Kalimantan juga?

Iya. Contohnya di Jawa. Sunan Ampel itu datang dari Campa, Vietnam. Dia nggak begitu paham budaya Jawa. Menikah dengan orang Jawa, melahirkan anak: Sunan Bonang, misalnya. Dia dididik sebagai keluarga bangsawan Jawa. Dari keluarga ibunya kan. Karena itu dia bisa menulis tembang macam-macam. Sunan Ampel nggak bisa. Nggak ada warisannya karena memang bukan orang Jawa.

Jadi, orang pribumi yang berkreasi?

Iya. Orang pribumi.

Mas, Kelebihan buku ini, menurut mas Agus sendiri dibanding dengan buku-buku lain yang menulis Walisongo.

Buku-buku Walisongo itu kan ditulis dalam bentuk dongeng, cerita-cerita, legenda. Nah, saya masukkan inskripsi-inskripsi yang ada di makam-makam, misalnya makam Malik Ibrahim, ada. Atau prasatinya. Kapan tokoh itu, siapa tokoh itu? Bukan berdasarkan dongeng.

Setiap makam itu ada inskripsinya ya?

Nggak. Nggak setiap makam ada. Tapi beberapa makam ada inskripsinya.

Itu kan ensiklopedi yang terbit tahun 1995, kenapa baru direspon sekarang?

Karena ngak tahu. Belum pernah baca itu. Baru tahun tahun 2010.

Bagaiamana ketemunya Van Hoeve sama Wahabi? Persinggungannya itu?

Mungkin aja Van Hoeve nggak paham. Karena dia cuma penerbit. Orang-orang yang menulisnya. (Agus Sunyoto menyebutkan para penulisnya)[IslamTimes/sa/Nu Online]

Sumber Nu Online; http://jombang.nu.or.id/agus-sunyoto-ada-usaha-sistematis-untuk-menghilangkkan-walisongo/
Comment


Indonesia
tambahan referensi:
http://maulanusantara.wordpress.com/2012/01/12/sejarah-islam-di-nusantara-membuka-hijab-sejarah/ comment-5380
Saya seorang pengajar sejarah, menurut saya bahwa Wali songo itu hanya mitos , gak pernah ada, Islam disebarkan oleh orang orang dari Persia, Gujarat dan Saudi, mereka tdk menyebut dirinya Wali Songo, nama ini hanya politis saja kenapa semuanya hany orang jawa dan hanya satu dari Jawa Barat, apa di Sumatra gak ada Wali, di Kalimantan, di Sulawesa dan Maluku tdk ada Wali ? ini politis , jadi penamaan Wali Songo itu tdk ada termasuk orang-orangnya , yang Real itu Ualama-ulama dari Sumatra Barat, yang pulang belajar dari Saudi yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piabang, sekian maaf kalau ada kesalahan
China
Ente bahlul,,ayaya wae,,,3 orang itu baru pulang dr arab bw paham wahabi dan yg nggk sefaham ma dia hrs mati,klo wali songo pendekatannya humanis makanya bnyk yg menerima islam,ingat para wali songo itu masuk nusantara th 1400an ,,,baca dong sejarah,,,
Indonesia
Kamu mengaku pangajar sejarah ko goblog banget, bagai mana dengan anak-anak didik nya mungkin makin dungu.
Pak Said Agil maaf saya lama sekali meneliti masalah Wali Sanga itu ternyata Referensinya rendah hanya dongengan yang gak masuk akal, aneh dari 9 Wali 8 dari Jawa 1 dari Jawa Barat dan dari Sumatra tdk ada begitu juga dari Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
dilihat dari kriteria Ilmu Sejarahpun terlalu lemah, maaf pak Kiayi.
Australia
Jika hanya haji miskin cs yang pergi ke Makkah untuk mendalami Islam maka ada dua asumsi yang harus kalian jawab;

1. Dari siapa Haji Miskin cs mengenal Islam dan akhirnya melanjutkan pelajaran ke saudi?

2. Poros Islamisasi di Nusantara bukan hanya para ulama Jawa/ Wali Songo (kesultanan Demak) tapi juga terdapat di kalimantan khususnya kerajaan Banjar di kalsel. Bahkan para ulama yang hidup di abad 16 di kalsel dapat dikenali lewat karya tulis mereka yang masih dipelajari hingga saat ini. Buku fiqih Sabilal Muhtadien karangan Syeikh Arsyad AlBanjari, Kitab Durun Nafis karangan Syeikh Nafis dan banyak lagi kitab2 tulisan ulama kalimantan.

Sejarah walisongo memang menyisakan sedikit dokumentasi sejarah baik tulis ataupun arkeologis. Tidak juga ditemukan kitab2 karangan mereka, selain prasasti dan makam2 yang bahkan diantaranya berpolemik karena memiliki 3 makam sekaligus.

Tapi bukan berarti jejak sejarah mereka tidak bisa ditelusuri. Kita semua tahu bahwa sejak portugis kemudian VOC menganeksasi Nusantara begitu banyak teks yang diubah atau bahkan disembunyikan demi kepentingan penjajahan mereka.

_Setiap orang/pihak yang berkuasa atau menghendaki kekuasaan maka jalan pertama yang mereka wajib lakukan adalah mengubah sejarah. Ini penting agar mereka mendapatkan hegemoni terhadap generasi yang berada puluhan hingga ratusan tahun dengan subjek sejarah yang dimaksud. Seperti kasus perselisihan versi sejarah antara sunni dengan syiah atas legutimasi Ali atas kekuasaan Islam pasca wafatnya Rasulullah.

Tapi baik syiah maupun sunni memiliki dokumentasi yang masing2 dianggap valid. Teks sejarah & versi2nya, memberikan kita pemahaman bahwa sejarah tidak akan pernah bersifat univocal. Selalu ada kepentingan banyak pihak ketika mempresentasikan kembali sejarah.

Dan dalam wacana yang menyatakan bahwa Islamisasi itu bermula di abad 19 oleh orang2 sumatera memiliki arah yang sangat jelas. Sementara kita tahu bahwa karena faktor alam (letak yang strategis di antara benua2 & kekayaan alam yang melimpah) Nusantara telah menjadi pusat perdagangan dunia bahkan hingga saat ini Indonesia masih penyuplai terbesar rempah2 & energi. Tidak mungkin persentuhannya dengan peradaban lain (termasuk ajarannya) baru terjadi di abad ke 19. Padahal portugis masuk sezaman dengan berdirinya kerajaan Demak di Jawa.

Karena miskinnya dokumentasi sejarah akan keberadaan Walisongo tidak serta merta menisbikan otentisitas lain seperti makam dan prasasti. Jika kita mengingat bahwa islamisasi Nusantara berhenti akibat penjajahan portugis & belanda maka kita tidak bisa juga mengkesampingkan kemungkinan adanya campur tangan kekuasaan/penjajah dalam merekayasa sejarah. Anda bisa pelajari bias kekuasaan pada sejarah dalam banyak kasus di dunia. Ciri paling umum adalah diangkutnya literasi2 lokal ke pusat kekuasaan mereka. Untuk itu bolehlah diupayakan suatu ekspedisi untuk menelusuri teks/literasi kita yang tersimpan puluhan hingga ratusan tahun di perpustakaan eks penjajah kita.

Untuk para wahabi, saya tidak mengerti kepada kelompok anda yang begitu meremehkan kaidah keilmuan selama ini. Ketika seseorang sampai pada suatu kesimpulan yang baik _setidaknya _setelah : bersih dari asumsi2 bawaan, menguasai ilmu bahasa, menguasai dasar ilmu logika, telah melakukan perbandingan yang banyak & valid, memiliki sumber referensi yang kaya tidak hanya dari golongan sendiri, penelitian yang lama, dan menghargai pendapat yang lain karena sadar bahwa diri sendiri bisa saja salah karena banyak faktor. Mari ikuti pendapat mayoritas, jangan ikuti pendapat imam2 yang derajat keilmuan dan keimaman mereka tidak pernah diakui oleh dunia ilmu khususnya ilmu Islam.
Australia
Jika hanya haji miskin cs yang pergi ke Makkah untuk mendalami Islam maka ada dua asumsi yang harus kalian jawab;

1. Dari siapa Haji Miskin cs mengenal Islam dan akhirnya melanjutkan pelajaran ke saudi?

2. Poros Islamisasi di Nusantara bukan hanya para ulama Jawa/ Wali Songo (kesultanan Demak) tapi juga terdapat di kalimantan khususnya kerajaan Banjar di kalsel. Bahkan para ulama yang hidup di abad 16 di kalsel dapat dikenali lewat karya tulis mereka yang masih dipelajari hingga saat ini. Buku fiqih Sabilal Muhtadien karangan Syeikh Arsyad AlBanjari, Kitab Durun Nafis karangan Syeikh Nafis dan banyak lagi kitab2 tulisan ulama kalimantan.

Sejarah walisongo memang menyisakan sedikit dokumentasi sejarah baik tulis ataupun arkeologis. Tidak juga ditemukan kitab2 karangan mereka, selain prasasti dan makam2 yang bahkan diantaranya berpolemik karena memiliki 3 makam sekaligus.

Tapi bukan berarti jejak sejarah mereka tidak bisa ditelusuri. Kita semua tahu bahwa sejak portugis kemudian VOC menganeksasi Nusantara begitu banyak teks yang diubah atau bahkan disembunyikan demi kepentingan penjajahan mereka.

_Setiap orang/pihak yang berkuasa atau menghendaki kekuasaan maka jalan pertama yang mereka wajib lakukan adalah mengubah sejarah. Ini penting agar mereka mendapatkan hegemoni terhadap generasi yang berada puluhan hingga ratusan tahun dengan subjek sejarah yang dimaksud. Seperti kasus perselisihan versi sejarah antara sunni dengan syiah atas legutimasi Ali atas kekuasaan Islam pasca wafatnya Rasulullah.

Tapi baik syiah maupun sunni memiliki dokumentasi yang masing2 dianggap valid. Teks sejarah & versi2nya, memberikan kita pemahaman bahwa sejarah tidak akan pernah bersifat univocal. Selalu ada kepentingan banyak pihak ketika mempresentasikan kembali sejarah.

Dan dalam wacana yang menyatakan bahwa Islamisasi itu bermula di abad 19 oleh orang2 sumatera memiliki arah yang sangat jelas. Sementara kita tahu bahwa karena faktor alam (letak yang strategis di antara benua2 & kekayaan alam yang melimpah) Nusantara telah menjadi pusat perdagangan dunia bahkan hingga saat ini Indonesia masih penyuplai terbesar rempah2 & energi. Tidak mungkin persentuhannya dengan peradaban lain (termasuk ajarannya) baru terjadi di abad ke 19. Padahal portugis masuk sezaman dengan berdirinya kerajaan Demak di Jawa.

Karena miskinnya dokumentasi sejarah akan keberadaan Walisongo tidak serta merta menisbikan otentisitas lain seperti makam dan prasasti. Jika kita mengingat bahwa islamisasi Nusantara berhenti akibat penjajahan portugis & belanda maka kita tidak bisa juga mengkesampingkan kemungkinan adanya campur tangan kekuasaan/penjajah dalam merekayasa sejarah. Anda bisa pelajari bias kekuasaan pada sejarah dalam banyak kasus di dunia. Ciri paling umum adalah diangkutnya literasi2 lokal ke pusat kekuasaan mereka. Untuk itu bolehlah diupayakan suatu ekspedisi untuk menelusuri teks/literasi kita yang tersimpan puluhan hingga ratusan tahun di perpustakaan eks penjajah kita.

Untuk para wahabi, saya tidak mengerti kepada kelompok anda yang begitu meremehkan kaidah keilmuan selama ini. Ketika seseorang sampai pada suatu kesimpulan yang baik _setidaknya _setelah : bersih dari asumsi2 bawaan, menguasai ilmu bahasa, menguasai dasar ilmu logika, telah melakukan perbandingan yang banyak & valid, memiliki sumber referensi yang kaya tidak hanya dari golongan sendiri, penelitian yang lama, dan menghargai pendapat yang lain karena sadar bahwa diri sendiri bisa saja salah karena banyak faktor. Mari ikuti pendapat mayoritas, jangan ikuti pendapat imam2 yang derajat keilmuan dan keimaman mereka tidak pernah diakui oleh dunia ilmu khususnya ilmu Islam.
Australia
Jika hanya haji miskin cs yang pergi ke Makkah untuk mendalami Islam maka ada dua asumsi yang harus kalian jawab;

1. Dari siapa Haji Miskin cs mengenal Islam dan akhirnya melanjutkan pelajaran ke saudi?

2. Poros Islamisasi di Nusantara bukan hanya para ulama Jawa/ Wali Songo (kesultanan Demak) tapi juga terdapat di kalimantan khususnya kerajaan Banjar di kalsel. Bahkan para ulama yang hidup di abad 16 di kalsel dapat dikenali lewat karya tulis mereka yang masih dipelajari hingga saat ini. Buku fiqih Sabilal Muhtadien karangan Syeikh Arsyad AlBanjari, Kitab Durun Nafis karangan Syeikh Nafis dan banyak lagi kitab2 tulisan ulama kalimantan.

Sejarah walisongo memang menyisakan sedikit dokumentasi sejarah baik tulis ataupun arkeologis. Tidak juga ditemukan kitab2 karangan mereka, selain prasasti dan makam2 yang bahkan diantaranya berpolemik karena memiliki 3 makam sekaligus.

Tapi bukan berarti jejak sejarah mereka tidak bisa ditelusuri. Kita semua tahu bahwa sejak portugis kemudian VOC menganeksasi Nusantara begitu banyak teks yang diubah atau bahkan disembunyikan demi kepentingan penjajahan mereka.

_Setiap orang/pihak yang berkuasa atau menghendaki kekuasaan maka jalan pertama yang mereka wajib lakukan adalah mengubah sejarah. Ini penting agar mereka mendapatkan hegemoni terhadap generasi yang berada puluhan hingga ratusan tahun dengan subjek sejarah yang dimaksud. Seperti kasus perselisihan versi sejarah antara sunni dengan syiah atas legutimasi Ali atas kekuasaan Islam pasca wafatnya Rasulullah.

Tapi baik syiah maupun sunni memiliki dokumentasi yang masing2 dianggap valid. Teks sejarah & versi2nya, memberikan kita pemahaman bahwa sejarah tidak akan pernah bersifat univocal. Selalu ada kepentingan banyak pihak ketika mempresentasikan kembali sejarah.

Dan dalam wacana yang menyatakan bahwa Islamisasi itu bermula di abad 19 oleh orang2 sumatera memiliki arah yang sangat jelas. Sementara kita tahu bahwa karena faktor alam (letak yang strategis di antara benua2 & kekayaan alam yang melimpah) Nusantara telah menjadi pusat perdagangan dunia bahkan hingga saat ini Indonesia masih penyuplai terbesar rempah2 & energi. Tidak mungkin persentuhannya dengan peradaban lain (termasuk ajarannya) baru terjadi di abad ke 19. Padahal portugis masuk sezaman dengan berdirinya kerajaan Demak di Jawa.

Karena miskinnya dokumentasi sejarah akan keberadaan Walisongo tidak serta merta menisbikan otentisitas lain seperti makam dan prasasti. Jika kita mengingat bahwa islamisasi Nusantara berhenti akibat penjajahan portugis & belanda maka kita tidak bisa juga mengkesampingkan kemungkinan adanya campur tangan kekuasaan/penjajah dalam merekayasa sejarah. Anda bisa pelajari bias kekuasaan pada sejarah dalam banyak kasus di dunia. Ciri paling umum adalah diangkutnya literasi2 lokal ke pusat kekuasaan mereka. Untuk itu bolehlah diupayakan suatu ekspedisi untuk menelusuri teks/literasi kita yang tersimpan puluhan hingga ratusan tahun di perpustakaan eks penjajah kita.

Untuk para wahabi, saya tidak mengerti kepada kelompok anda yang begitu meremehkan kaidah keilmuan selama ini. Ketika seseorang sampai pada suatu kesimpulan yang baik _setidaknya _setelah : bersih dari asumsi2 bawaan, menguasai ilmu bahasa, menguasai dasar ilmu logika, telah melakukan perbandingan yang banyak & valid, memiliki sumber referensi yang kaya tidak hanya dari golongan sendiri, penelitian yang lama, dan menghargai pendapat yang lain karena sadar bahwa diri sendiri bisa saja salah karena banyak faktor. Mari ikuti pendapat mayoritas, jangan ikuti pendapat imam2 yang derajat keilmuan dan keimaman mereka tidak pernah diakui oleh dunia ilmu khususnya ilmu Islam.
Australia
Jika hanya haji miskin cs yang pergi ke Makkah untuk mendalami Islam maka ada dua asumsi yang harus kalian jawab;

1. Dari siapa Haji Miskin cs mengenal Islam dan akhirnya melanjutkan pelajaran ke saudi?

2. Poros Islamisasi di Nusantara bukan hanya para ulama Jawa/ Wali Songo (kesultanan Demak) tapi juga terdapat di kalimantan khususnya kerajaan Banjar di kalsel. Bahkan para ulama yang hidup di abad 16 di kalsel dapat dikenali lewat karya tulis mereka yang masih dipelajari hingga saat ini. Buku fiqih Sabilal Muhtadien karangan Syeikh Arsyad AlBanjari, Kitab Durun Nafis karangan Syeikh Nafis dan banyak lagi kitab2 tulisan ulama kalimantan.

Sejarah walisongo memang menyisakan sedikit dokumentasi sejarah baik tulis ataupun arkeologis. Tidak juga ditemukan kitab2 karangan mereka, selain prasasti dan makam2 yang bahkan diantaranya berpolemik karena memiliki 3 makam sekaligus.

Tapi bukan berarti jejak sejarah mereka tidak bisa ditelusuri. Kita semua tahu bahwa sejak portugis kemudian VOC menganeksasi Nusantara begitu banyak teks yang diubah atau bahkan disembunyikan demi kepentingan penjajahan mereka.

_Setiap orang/pihak yang berkuasa atau menghendaki kekuasaan maka jalan pertama yang mereka wajib lakukan adalah mengubah sejarah. Ini penting agar mereka mendapatkan hegemoni terhadap generasi yang berada puluhan hingga ratusan tahun dengan subjek sejarah yang dimaksud. Seperti kasus perselisihan versi sejarah antara sunni dengan syiah atas legutimasi Ali atas kekuasaan Islam pasca wafatnya Rasulullah.

Tapi baik syiah maupun sunni memiliki dokumentasi yang masing2 dianggap valid. Teks sejarah & versi2nya, memberikan kita pemahaman bahwa sejarah tidak akan pernah bersifat univocal. Selalu ada kepentingan banyak pihak ketika mempresentasikan kembali sejarah.

Dan dalam wacana yang menyatakan bahwa Islamisasi itu bermula di abad 19 oleh orang2 sumatera memiliki arah yang sangat jelas. Sementara kita tahu bahwa karena faktor alam (letak yang strategis di antara benua2 & kekayaan alam yang melimpah) Nusantara telah menjadi pusat perdagangan dunia bahkan hingga saat ini Indonesia masih penyuplai terbesar rempah2 & energi. Tidak mungkin persentuhannya dengan peradaban lain (termasuk ajarannya) baru terjadi di abad ke 19. Padahal portugis masuk sezaman dengan berdirinya kerajaan Demak di Jawa.

Karena miskinnya dokumentasi sejarah akan keberadaan Walisongo tidak serta merta menisbikan otentisitas lain seperti makam dan prasasti. Jika kita mengingat bahwa islamisasi Nusantara berhenti akibat penjajahan portugis & belanda maka kita tidak bisa juga mengkesampingkan kemungkinan adanya campur tangan kekuasaan/penjajah dalam merekayasa sejarah. Anda bisa pelajari bias kekuasaan pada sejarah dalam banyak kasus di dunia. Ciri paling umum adalah diangkutnya literasi2 lokal ke pusat kekuasaan mereka. Untuk itu bolehlah diupayakan suatu ekspedisi untuk menelusuri teks/literasi kita yang tersimpan puluhan hingga ratusan tahun di perpustakaan eks penjajah kita.

Untuk para wahabi, saya tidak mengerti kepada kelompok anda yang begitu meremehkan kaidah keilmuan selama ini. Ketika seseorang sampai pada suatu kesimpulan yang baik _setidaknya _setelah : bersih dari asumsi2 bawaan, menguasai ilmu bahasa, menguasai dasar ilmu logika, telah melakukan perbandingan yang banyak & valid, memiliki sumber referensi yang kaya tidak hanya dari golongan sendiri, penelitian yang lama, dan menghargai pendapat yang lain karena sadar bahwa diri sendiri bisa saja salah karena banyak faktor. Mari ikuti pendapat mayoritas, jangan ikuti pendapat imam2 yang derajat keilmuan dan keimaman mereka tidak pernah diakui oleh dunia ilmu khususnya ilmu Islam.
Bismillah, bisa menjadi tambahan wawasan tentang keberadaan Walisongo dari sejarah yang bersanad http://dinarfirst.org/nusantara-walisongo-dan-kesultanan-turki-ottoman/