0
Sunday 14 October 2012 - 06:13
Konflik Nuklir Iran

AS: Iran Mampu Serang Kompleks Nuklir Dimona Israel

Story Code : 203366
Nuklir Dinamo Israel
Nuklir Dinamo Israel

Salah seorang anggota lembaga Think Tank AS mengatakan bahwa Iran bisa menyerang kompleks nuklir Israel di Dimona atau pangkalan udara Israel bahkan tanpa menarik AS ke dalam perang.

Sekelompok penasihat presiden AS di Wilson Center memperingatkan bahwa Iran bisa menembakkan setidaknya rudal atau roket yang menargetkan situs di Israel atau fasilitas AS di wilayah tersebut.

Oleh karena itu, anggota lembaga Think Thank AS itu mengatakan bahwa pemerintah AS harus menghindari petualangan militer dengan Iran karena bisa menjadi bumerang.

Wilson Center mencatat bahwa program rudal balistik Iran secara substansial dikembangkan selama beberapa tahun terakhir.

"Menurut perkiraan unclassified, Iran mungkin memiliki setidaknya dua lusin dan mungkin lebih dari 100 rudal balistik konvensional bersenjata yang mampu menyerang sebagian besar wilayah, termasuk Israel," klaim think tank AS tersebut.

Inisiasi pencegahan aksi militer terhadap Iran harus diupayakan, bahkan dengan tujuan yang terbatas pun bisa menjadi awal dari perang yang melibatkan semua ketidakpastian dan konsekuensi tak terduga bagi mereka yang telah mengalami atau mempelajari konflik militer.

Dalam penelitian terbaru oleh Yayasan Amerika Baru (New American Foundation), Joel Rubin menulis, hampir 30 pemimpin keamanan bipartisan nasional AS, yang ditandatangani dalam laporan Proyek Iran, berkeyakinan bahwa Israel tidak memiliki kapasitas untuk menghancurkan program nuklir Iran.

Artikel Rubin berjudul 'Netanyahu Aligns with Obama on Iran' menulis bahwa jika Israel berani menyerang fasilitas nuklir Iran, itu akan menjadi bencana.

Juga, sebuah penelitian terbaru oleh Institut Sains dan Keamanan Internasional (Institute for Science and International Security (ISIS)), sebuah lembaga Think Thank AS bergengsi telah menemukan hasil yang sama bahwa serangan militer terhadap fasilitas nuklutir Iran "tidak mungkin" untuk menunda program negara tersebut.

Penelitian ISIS itu juga memperingatkan bahwa serangan terhadap Iran akan menjadi bumerang dan memaksa negara lain untuk memperoleh senjata nuklir.

Sebuah studi terbaru oleh seorang peneliti di Harvard's Olin Institute for Strategic Studies, Caitlin Talmadge, memperingatkan bahwa Iran dapat menggunakan kapal serta rudalnya untuk memblokir selat Hormuz, dan mengatakan bahwa "itu bisa memakan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, untuk mengembalikan aliran penuh komersial itu, dan lebih banyak waktu lagi untuk mengembalikan stabilitas pasar minyak global".

Dalam laporan 11 September 2008, Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat (Washington Institute for the Near East Policy) juga mengatakan bahwa dalam dua dekade sejak Perang Iran-Irak, Republik Islam telah unggul dalam kemampuan angkatan laut dan mampu memenangi peperangan asimetris yang unik terhadap angkatan laut kekuatan negara adidaya.

Menurut laporan itu, Korps Pengawal Revolusi Islam Angkatan Laut (IRGCN) telah berubah menjadi kekuatan yang sangat termotivasi, dilengkapi dengan baik, dan dibiayai dan efektif mengendalikan penghubung minyak dunia, Selat Hormuz.

Studi ini mengatakan bahwa jika Washington mengambil tindakan militer terhadap Republik Islam, skala respon Iran kemungkinan akan sebanding dengan skala kerusakan yang ditimbulkan pada aset Iran. [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times/on/Fars News Agency]
Comment