0
Friday 9 November 2012 - 15:44
Wawancara dengan Eric Draitser

Jalan Buntu Oposisi Bayaran Amerika di Suriah

Story Code : 210453
Teroris didikan AS
Teroris didikan AS

Amerika Serikat telah mengerahkan segala upaya untuk menyelamatkan “Operasi Suriah” dan dengan begitu telah meletakkan seluruh pertaruhannya pada keberhasilan operasi tersebut, demikian kata Eric Draitser, seorang analis geo-politik dari stopimperialism.com. Namun demikian, Dreitser meyakini bahwa strategi AS tersebut akhirnya akan gagal.

Sebelumnya, Menlu AS Hillary Clinton menyatakan bahwa AS tak lagi memandang Dewan Nasional Suriah (SNC: Syrian National Council) yang berpangkalan di luar negeri sebagai poros kekuatan oposisi, dikarenakan minimnya dukungan di lapangan.

Oposisi Suriah tersusun dari berbagai milisi pemberontak, banyak dari mereka telah disusupi militant yang terkait dengan Al-Qaeda.

“Dewan Inisiatif Nasional” yang beranggotakan 51 orang dijadwalkan akan diumumkan ke public di Doha, Qatar, minggu depan. Di dalamnya SNC hanya mendapat jatah 15 kursi.

Sementara itu, SNC berencana memindahkan markasnya ke dalam Suriah dalam langkah untuk membuktikan relevansi keberadaan dirinya kepada sponsor-sponsor mereka di AS, Turki, Qatar dan Arab Saudi. Tapi, kembali menurut Draitser, langkah itu dinilai sudah sangat terlambat.

RT: Washington sudah merekomendasukan nama-nama untuk mewakili kepemimpinan oposisi, dengan SNC hanya mendapat sedikit jatah kursi. Apa yang menyebabkan perubahan ini?

Eric Draitser: Pertama-tama saya pikir bahwa tindakan itu mewakili tindakan pemalsuan dari pihak oposisi, atau paling tidak dari sisi oposisi politik, yang kita lihat di sisi publik. Dewan Nasional Suriah dan kepemimpinan mereka tidak pernah mendapat legitimasi dari rakyat Suriah. Legitimasi untuk mereka sejauh ini hanya diperoleh dari lingkaran elit penguasa di Barat. Namun perkembangan di lapangan seiring dengan meningkatnya perlawanan dari militer Suriah, terungkap bahwa SNC tidak memiliki basis dukungan dari rakyat setempat. Dengan demikian AS, untuk men-gol-kan agenda mereka dalam menghancurkan negara merdeka Suriah, harus mencari cara lain. Dalam rangka itulah AS melakukan perombakan dalam barisan oposisi Suriah, suatu langkah yang ujungnya pasti akan menemui kegagalan.

RT: Apakah Washington tidak khawatir resiko dituduh sebagai pengendali dari luar, alih-alih membiarkan Suriah memutuskan nasibnya sendiri?

ED: Tentunya resiko itu ada. Namun saya pikir AS, Pemerintahan Obama, Hillary Clinton, Susan Rice, dan pemain utama lainnya, menurut saya mereka telah mengkalkulasi resiko itu dalam pengambilan keputusan mereka dalam “menyelamatkan” operasi mereka di Suriah. Kita perlu menyadari bahwa bila petualangan AS di Suriah kali ini gagal, maka akan menyebabkan berakhirnya hegemoni mereka di wilayah ini. Bila mereka gagal di Suriah, rencana mereka untuk menghancurkan Iran akan berakhir. Artinya, cengkeraman mereka di Teluk Persia dan sumber-sumber minyak di dalamnya akan melemah. Oleh karena itu, pertaruhan mereka di Suriah amat sangat besar.

RT: Dalam langkah untuk menyelamatkan muka mereka, oposisi yang ada di pengasingan telah menyatakan bahwa mereka akan kembali ke Suria. Tapi kemungkinan hal itu tidak akan cukup untuk mengembalikan kredibilitas mereka. Apakah perubahan yang didorong oleh Barat dapat membantu situasi mereka di lapangan?

ED: Yah, yang menarik dari perpindahan SNC ke dalam Suriah adalah propaganda dari CNN dan BBC dan media-media main stream Barat lainnya bahwa ini adalah bukti dari relevansi dan legitimasi SNC di mata rakyat Suriah. Namun dari apa yang saya dengar dari sumber-sumber saya, dan beberapa sumber independen lainnya, adalah bahwa penyebab utama perpindahan SNC ini adalah Turki yang sudah bosan menampung SNC di wilayah mereka. Oleh karena itu SNC didorong untuk kembali ke wilayah Suriah. Turki tampaknya telah menyadari bahwa keterlibatan mereka dalam konflik Suriah tidak memberi dampak apapun kecuali kerugian bagi mereka.

RT: Washington telah mengemukakan rencana mereka untuk menyerahkan kekuatan politik ke tokoh-tokoh utama yang bertempur di garis depan, namun menekankan bahwa ekstrimis TIDAK BOLEH “membajak” revolusi Suriah. Bukankah justru kebijakan mereka membuat ekstrimis mendapat kesempatan yang lebih besar dalam membajak revolusi tersebut?

ED: Betul sekali! Dan kita juga tidak boleh terkecoh dengan retorik yang dikemukakan oposisi Suriah. Kekuatan “jadi-jadian” oposisi ini banyak tersusupi oleh Al Qaeda dan berbagai pihak ekstrimis lainnya yang kebanyakan berasal dari perang di Libya. Jadi, mereka berkata bahwa di satu sisi mereka tidak ingin mempersenjatai elemen-elemen ekstrimis. Namun di sisi lain mereka mengimpor elemen-elemen ekstrimis dan memasukkan mereka ke dalam barisan oposisi. Jadi mereka tidak melakukan apa yang mereka katakan, dan tidak mengatakan apa yang mereka lakukan. Yang sebenarnya terjadi adalah mereka mempersenjatai oposisi, yang terdiri dari pihak ekstrimis, karena mereka memang menginginkan kekacauan di Suriah. Kekacauan inilah satu-satunya alasan untuk melakukan intervensi militer di Suriah untuk meluluskan agenda imperialis mereka.

RT: Menlu Rusia, Sergey Lavrov, telah memperingatkan bahwa kekerasan di Suriah dapat menyebar di seluruh Timur Tengah, dan pengusiran pemerintaha Assad akan berujung paad lebih banyak pertumpahan darah. Menurut Anda kenapa media Barat tidak menyebarkan pandangan Lavrov ini?

ED: Bukannya mereka tidak setuju dengan pandangan Lavrov ini. Menurut saya, bahwa Alawit dan Syiah berikut Armenian dan Yahudi dan Kristen akan dibunuh oleh rezim Al Qaeda adalah sebuah fakta obyektif. Apa yang tidak dipahami oleh Barat adalah bahwa upaya mereka menghancurkan Suriah telah menemui kegagalan dan jalan buntu. Retorika dari Moscow sejauh ini tetap konsisten dalam menjaga hak-hak asasi manusia, menjaga keutuhan territorial dan norma-norma dalam hubungan internasional. Namun berulang kali tampak bagi kita bahwa AS sama sekali tidak tertarik dalam menjaga hal-hal tersebut. Mereka terfokuskan pada satu tujuan, yaitu hancurnya Suriah, sebagai langkah dalam menuju tujuan akhir mereka, yakni hancurnya Iran. Oleh karena itu sangat masuk akal bila pemerintahan Obama berupaya keras melakukan revitalisasi atas barisan oposisi untuk mencapai tujuan ini.[Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times/Beritaprotes]

http://rt.com/news/syria-us-strategy-fail-783/
Comment