0
Saturday 23 March 2024 - 05:50
AS, Qatar dan Gejolak Palestina:

Blinken Mendorong Qatar untuk Mengancam Hamas dengan Pengusiran dari Doha

Story Code : 1124317
Antony Blinken and Qatar’s Prime Minister and Minister of Foreign Affairs Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani
Antony Blinken and Qatar’s Prime Minister and Minister of Foreign Affairs Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meminta Qatar pada awal bulan ini untuk membuat Hamas sadar akan dua pilihan: memenuhi kesepakatan tawanan dan gencatan senjata, yang pada gilirannya akan menghentikan perang di Gaza, atau mengambil risiko diusir dari Doha, ibu kota Qatar, sebagai tindakan balasan beberapa anggota senior Hamas ada di sana, ungkap dua pejabat AS kepada CNN.

Sumber yang mengetahui masalah ini mengungkapkan bahwa Blinken menyampaikan pesan tersebut kepada Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani dalam pertemuan di Washington pada 5 Maret.

Para pejabat AS mengatakan bahwa Qatar memahami pesan tersebut dan menerimanya tanpa penolakan besar.

Masih belum diketahui apakah Qatar telah menyampaikan pesan ini kepada Hamas, karena para pejabat Qatar tidak mengomentari pertemuan khusus tersebut, namun mereka mengatakan bahwa mereka memberikan tekanan yang besar terhadap Hamas.

'Semakin dekat' dengan kesepakatan
Seorang pejabat AS mengatakan pesan Blinken bulan ini disebabkan oleh frustrasi AS atas lambatnya kemajuan dalam negosiasi.

Mantan utusan AS untuk Timur Tengah, Dennis Ross, berkata, “Saya ingin hal ini dilakukan lebih awal. Saya tidak yakin hal itu belum dilakukan, namun perilaku mereka menunjukkan kepada saya bahwa mereka tidak merasakan tekanan dari kami di sana."

“Dugaan saya sejak awal, ada perbedaan penilaian dari pemerintah, mereka berpikir – mereka akan lebih tanggap jika tidak memberikan tekanan pada [Hamas]. Saya pikir seiring berjalannya waktu, mereka menjadi semakin frustrasi,” tambah Ross.

Namun, Blinken memiliki pandangan yang lebih positif minggu ini, ketika dia mengatakan pada tanggal 20 Maret bahwa negosiasi “semakin dekat” menuju kesepakatan.

“Saya pikir kesenjangannya semakin menyempit, dan saya pikir kesepakatan sangat mungkin terjadi,” kata Blinken.[IT/r]
Comment