0
Wednesday 13 December 2017 - 17:01
KTT OKI di Turki:

Para Pemimpin Muslim Membahas al-Quds di KTT Darurat OKI di Turki

Story Code : 689700
KTT OKI di Turki, Membahas masalah Al Aqsa.jpg
KTT OKI di Turki, Membahas masalah Al Aqsa.jpg
Perwakilan dari 57 anggota OKI menghadiri KTT tersebut, yang dimaksudkan untuk mengkoordinasikan tanggapan terhadap keputusan AS yang mengakui Yerusalem al-Quds sebagai "ibukota" Zionis Israel.

"Pertama negara Palestina harus diakui oleh semua negara lain. Kita semua harus berjuang bersama untuk ini," kata diplomat Turki, Mevlut Cavusoglu. "Kita harus mendorong negara-negara lain untuk mengakui negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur [al-Quds] sebagai ibukotanya."

Erdogan: al-Quds adalah garis merah untuk umat Islam '

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang negaranya memegang jabatan presiden OKI yang bergilir, merupakan kepala negara pertama yang berpidato di acara tersebut.

Dia mengatakan kepada pemimpin OKI bahwa ekspansionisme Zioni sIsrael "meroket," yang menggambarkan entitas tersebut sebagai "sebuah negara penjajah." "Selain itu, Israel adalah negara yang penuh teror."

Pemimpin Turki lebih lanjut mendesak masyarakat internasional untuk mengakui Yerusalem Timur sebagai "ibukota Palestina".

Erdogan menggambarkan keputusan Washington sebagai hadiah atas "tindakan teror" Zionis Israel dan mengatakan bahwa kota tersebut merupakan garis merah bagi umat Islam.

Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Palestina Mahmud Abbas, Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Lebanon Michel Aoun juga termasuk di antara para peserta.

Awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS mengakui Yerusalem al-Quds sebagai "ibukota" Zionis Israel dan menugaskan Departemen Luar Negeri untuk melakukan persiapan untuk relokasi kedutaan besar Washington dari Tel Aviv ke kota Palestina yang diduduki.

Perubahan dramatis dalam kebijakan Washington terhadap Yerusalem al-Quds ini mendapat kritik tajam dari masyarakat internasional, termasuk sekutu Barat Amerika Serikat, dan memicu demonstrasi melawan AS dan Israel di seluruh dunia.

Pada hari Selasa (12/12), kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, menegaskan kembali posisi Uni Eropa, dengan mengatakan bahwa Yerusalem Timur, yang menjadi tempat kompleks Masjid al-Aqa, akan menjadi ibukota negara Palestina dan bagian barat kota akan menjadi milik Israel sebagai bagian dari apa yang disebut solusi dua negara.[IT/r]
Comment