0
Monday 25 January 2016 - 14:57
Analisa

Mimpi Buruk Kaisar Erdogan di Suriah

Story Code : 515057
Kaisar Erdogan (Sputnik)
Kaisar Erdogan (Sputnik)
Sejak pecah pemberontakan Takfiri di Suriah Maret 2011, Erdogan dengan gagah tampil mengidentifikasi dirinya sebagai godfather gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) dan "Islam" dengan mendukung penuh dan membiayai elemen-elemen untuk menggeser Assad yang sangat Anti-Israel.

Entah wangsit dari mana dan atas pertimbangan apa, tiba-tiba Erdogan yang dulu setia kepada Suriah, berbalik melawan rakyat Suriah, bahkan untuk itu, bersedia mengorbankan rakyatnya. Mungkin mimpi menghidupkan kembali kekaisaran Ottoman, atau karena sentimen kepada Assad terkait kebijakan luar negeri yang sangat Anti-Israel, yang dengan itu, Erdogan seolah tengah memimpin sepasukan kekaisaran neo-Utsmaniyah.

Dalam semua kasus, skema Erdogan seolah ingin menghidupkan "kemuliaan" dan maruah "almarhum" Kekaisaran Ottoman sebelum hancur dan luluhlantak oleh kekuatan Barat dalam Perang Dunia I.

Untuk melakukannya itu, Turki berkhianat di Suriah selatan dengan mempersenjatai, melatih dan memfasilitasi akses ribuan elemen-elemen asing ke wilayah Suriah. Turki kemudian mendirikan geng Jaysh al-Fateh, cabang al-Qaeda Suriah, Front al-Nusra, yang pernah menguasai sebagian besar wilayah provinsi Idlib pada musim panas lalu.

Perang ekonomi terhadap Suriah ditabuh Erdogan. Aleppo, ibukota ekonomi Suriah dan pusat komersial serta industri penting Tengah Timur yang sejak lama menghantui industrialis dan produsen Turki, di jarah oleh Front al-Nusra. Erdogan berhasil dan senang. Kota berumur 12000 tahun itu benar-benar dijarah dan dirusak oleh geng binaan Turki. Bahkan, efek dari itu semua, beberapa daerah dekat perbatasan Turki hingga saat ini menggunakan Lira Turki sebagai mata uang resmi. Erdogan berhasil.

Pegunungan di pesisir jauh utara Suriah, tempat hunian dan desa-desa bagi komunitas Turkmen serta ultra-Sunni adalah lahan subur untuk membawa skema Erdogan. Kota-kota Salma, Rabiyah dan Kansabba menjadi sarang Takfiri anti-Assad lebih dari 3 tahun.

Turki sudah menempati provinsi Hatay dengan menciptakan Liwaa Iskenderun sejak 1939 dengan mandat Perancis.

Sementara elemen-elemen Takfiri pro-Turki, meliputi Selatan Latakia, Idlib dan Aleppo Utara, dijadikan sebagai benteng untuk memblokir Kurdi Sunni yang diklaim Kaisar Erdogan benih pembentukan negara Kurdi meliputi perbatasan Suriah-Turki. Sebuah mimpi yang telah lama dipandang sebagai ancaman dan sebagai ancaman keamanan nasional Turki.

Geng bentukan Erdogan ini juga menjadi platform dan zona penyangga Turki setiap saat. Sekali lagi Kaisar Erdogan berhasil.

Tapi, hari-hari ini, mimpi Kaisar Erdogan itu kandas, sebab geng-geng Takfiri terakhir yang diandalkan Turki di Latakia utara rontok, dan wilayah peyangga jatuh ke Tentara Suriah (didukung oleh serangan udara Rusia), yang kini se-inci mendekat Jisr al-Shoghour, kota yang ditangkap oleh Jaysh al-Fateh pada Mei 2015.

Peran sangat menentukan dimainkan oleh bomber Rusia dalam membantu pasukan darat Suriah dengan menggiring geng-geng Turki keluar dari Suriah dan masuk ke Turki. Sebuah kemajuan luar biasa dan taktik ala Qassem Soleimani yang tidak bisa diprediksi dan dihitung dengan otak atik matematika dan ilmu pasti. Ini perang asimetris total, kombinasi perang gerilya klasik dan modern.

Bagi banyak orang, kemenangan Tentara Suriah jelas jauh melampaui bayangan para ahli militer dan strategi perang.

Mungkin jatuhnya bomber SU-24 Rusia November lalu oleh jet Tempur F-16 Turki secara praktis menjadi bumerang bagi kekaisaran Erdogan, menghancurkan proxy-nya di Suriah, bahkan mengandaskan mimpi dan fantasi Erdogan sebagai Kaisar Ottoman. [Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times]
Comment