Jerman Kehilangan Miliaran Dolar Akibat Perang di Ukraina dan Sanksi Anti-Rusia.

Dalam sebuah wawancara, Fratzscher mengatakan kepada Rheinische Post bahwa "perang Ukraina dan ledakan terkait harga energi merugikan Jerman hampir 2,5 persen, atau 100 miliar euro dalam output ekonomi pada tahun 2022," menambahkan bahwa biaya akan terus menumpuk di tahun-tahun mendatang.

Jerman, menurut Fratzscher, terkena dampak krisis ekonomi yang lebih parah karena "sangat bergantung pada ekspor dan rantai pasokan global".

Berlin juga memiliki andil yang signifikan dalam industri padat energi yang bergantung pada peningkatan biaya energi.

Pemimpin kelompok parlementer sayap kiri di Bundestag Jerman, Dietmar Bartsch dari Die Linke, mengkritik mereka yang bersikeras bahwa konflik Ukraina harus diakhiri di medan perang, karena dia berpendapat bahwa dengan melakukan itu, mereka gagal melihat gambaran besarnya.

"Mereka yang hanya mengklaim bahwa Ukraina harus menang tidak memahami kompleksitas situasinya," kata Bartsch kepada Neue Osnabruecker Zeitung dalam wawancara hari Sabtu.

Argumen utama Bartsch adalah bahwa "Rusia tidak akan dipaksa bertekuk lutut oleh pasokan senjata" dan bahwa "disayangkan" bahwa Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menghentikan upayanya untuk menyelesaikan perselisihan dengan cara yang masuk akal.

"Kami bahkan berbicara tentang jet tempur," yang membuat keterlibatan Jerman dalam konflik itu "hampir bukan tentang diplomasi," kata pemimpin itu.

"Ini sangat berbahaya," lanjut Bartsch dan berseru, "Siapa bilang orang Ukraina menginginkan lebih banyak senjata? Kebanyakan orang Ukraina hanya ingin perang berakhir agar mereka bisa hidup damai."

Bartsch kemudian menyatakan bahwa semua upaya harus diarahkan untuk mencapai gencatan senjata di Ukraina. Dalam hal ini, pemimpin tersebut juga mengkritik sekutu NATO karena telah membingkai pasokan tank tempur ke Ukraina sebagai pengubah permainan.[IT/r]